MOJOKERTO : Pemuda Dusun Sidokerto, Desa Pulorejo, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto memiliki tradisi unik menjelang sahur, yakni bermain sepakbola api. Aktivitas itu biasa mereka lakukan setiap akhir pekan sambil menunggu waktu makan sahur.
Belasan pemuda dari Perguruan Pagar Nusa berkumpul di sebuah tanah lapang Pondok Pesantren Al Hidayah. Tak hanya kaum adam, beberapa pesilat putri juga terlihat ikut bergabung. Muda-mudi itu berdiri membentuk lingkaran, mengitari buah kelapa yang sudah mulai menyala dan memulai permainan.
Sejumlah pesilat laki-laki sudah bersiap seolah ingin segera menendang bola dengan api yang membara itu. Layaknya permainan sepak bola, bola api ditendang, diperebutkan, dan ditangkap menggunakan tangan seolah kiper yang menjaga gawangnya.
Tak ada rasa takut akan panasnya api yang membara menyentuh kulit kaki atau pun tangan mereka. "Rasanya ndak panas, biasa saja," kata salah seorang pelatih silat Edi Purnomo, Jumat 23 April 2021.
Mereka mengaku, melakukan olahraga ekstrem ini tanpa adanya ritual khusus. Olahraga menjelang sahur ini biasa dilakukan di berbagai tempat, mulai dari halaman hingga lapangan.
Hanya saja, permainan bola api tetap mempertimbangkan keamanan warga sekitar. Untuk mencegah timbulnya berbagai hal yang tak diinginkan.
"Tidak ada ritual khusus, hanya berdoa kepada Allah SWT agar diberikan keselamatan. Kami berpegang pada ayat Alquran yang artinya, tiada kemenangan tanpa pertolongan dari Allah SWT," ujarnya.
Edi mengatakan, permainan bola api tersebut bukan sembarang permainan. Buah kelapa tua yang sudah mengering digunakan sebagai bola sepak. Kulitnya sedikit diiris dan direndam di dalam ember dengan minyak tanah agar nantinya terbentuk bola api yang menyala sempurna.
"Bolanya dari kelapa tua yang sudah mengering, terus direndam minyak tanah atau bensin," katanya.
Edi menyebut, kelapa kering tak serta merta bisa langsung dipakai. Harusnya terlebih dahulu direndam dua hingga tiga hari lamanya.
"Harus direndam dulu, kalau disiram aja ndak meresap. Nanti apinya jelek, gampang mati," ujarnya.
Sembari menunggu siapnya bakal bola api, mereka melakukan latihan fisik bersama untuk ketahanan diri. Mereka biasa menggelar latihan bersama setiap akhir pekan. Sejauh ini, mereka tak ada kendala dan keluhan dalam menggelar sepak bola api sejak dulu saat Bulan Ramadan tiba.
Meski begitu, bara api tetap berisiko mencelakakan pemain. Tak ayal, Edi mengimbau bagi masyarakat awam agar tak sembarangan menggelar sepak bola api di rumah.
"Insyallah aman, tapi harus ada pelatihan khusus. Tidak boleh sembarangan, karena cukup berbahaya juga kalau tidak tahu triknya," katanya.
(ADI)