Clicks: Hari Air Sedunia 2021 jatuh pada hari ini, Senin, 22 Maret 2021. Hari perayaan tersebut diadakan setiap 22 Maret sejak 1993. Dengan begitu, tahun ini merupakan perayaan Hari Air Sedunia ke-28.
Perayaan Hari Air Sedunia menitikberatkan pada pentingnya air tawar bagi kehidupan. Banyak orang yang tidak menyadarinya, tetapi miliaran orang di luar sana hidup tanpa akses ke air bersih. Atas dasar tersebut, Hari Air Sedunia merupakan gerakan untuk mengatasi krisis air global.
Apalagi sudah tidak dapat dimungkiri bahwa umat manusia, hewan, hingga tumbuhan tidak akan bertahan lama di dunia tanpa air. Lantas, apa yang akan terjadi pada dunia tanpa adanya keberadaan air? Dilansir dari Envirotech Online, berikut kemungkinan yang akan terjadi jika semua air di bumi lenyap.
Tampilan bumi akan berubah
Tanpa adanya air, bumi tidak akan terlihat hijau. Semua tumbuhan akan segera mati dan dunia akan terlihat gersang. Laut pun juga tidak ada, sehingga bumi akan terlihat seperti titik kecoklatan tanpa dihiasi warna biru dan hijau.
Tak hanya itu, awan juga tidak akan terbentuk dan curah hujan pun akan berhenti. Konsekuensinya, cuaca hampir seluruhnya akan ditentukan oleh pola angin. Musim hujan pun akan lenyap dari bumi ini. Iklim kita akan menyerupai musim panas yang tiada akhir.
Dengan lenyapnya air dalam kehidupan, otomatis lautan di dunia juga tidak ada. Dengan hilangnya lautan di muka bumi, maka gas rumah kaca akan menjadi tidak terkendali.
Keadaan vegetasi juga akan berkontribusi besar dalam menyumbangkan masakah. Sebab, tanpa adanya tumbuhan, maka tidak akan ada yang bisa mengubah karbon dioksida menjadi oksigen secara alami.
Lebih sedikit gunung berapi
Siapa sangka? Ternyata tanpa adanya air, aktivitas vulkanik akan menurun. Hal ini dikarenakan gunung berapi, gunung api super, dan letusannya disebabkan oleh lempeng tektonik yang bertabrakan. Masalahnya, pergerakan lempeng itu umumnya disebabkan oleh berat lautan yang mendorong satu lempeng ke bawah lempeng lainnya.
Setelah gunung berapi terbentuk, air juga memainkan peran integral dalam volatilitasnya. Cairan di dalam kerak bumi pada suhu tinggi dan tekanan tinggi menjadi magma, menghasilkan letusan seperti yang terjadi di Vesuvius yang terjadi pada Pompeii.
Dengan tidak adanya lautan yang membebani lempeng dan tidak ada air yang memicu letusan, maka gunung berapi akan semakin sedikit. Hasilnya, kita akan ditemukan dengan serangkaian pegunungan yang sangat tinggi setiap dua lempeng tektonik bertabrakan.
Proses seperti itu tentunya akan memakan waktu ribuan tahun. Hasil akhirnya, bumi akan seperti gurun yang dihiasi oleh pengunungan runcing dan jurang yang besar.
Kehidupan akan tetap ada
Walaupun dunia tanpa adanya kehadiran air terdengar menyeramkan, tetapi kehidupan akan tetap berjalan lho. Bukan berarti kondisi itu merupakan akhir dari semua kehidupan di bumi. Sebab, terdapat mikroba tertentu yang dikenal sebagai ekstremofil telah berevolusi agar mampu bertahan tanpa air.
Sebaliknya, ekstremofil memanen nutrisi mereka dari karbon monoksida (CO). Dengan begitu, mereka dapat berkembang bahkan di lingkungan yang sangat panas, asam, maupun tanpa air dan sinar matahari.
Beberapa ekstremofil hidup di kerak bumi. Sementara, yang lain secara efektif tidak aktif dalam keadaan mati suri di dalam kristal raksasa di bawah tanah. Jadi, kehidupan akan masih menemukan jalan di dunia tanpa adanya air.
(SYI)