Pada hari ini, seluruh dunia merayakan Hari Air Sedunia. Perayaan ini menyadarkan kita pentingnya melawan krisis air global. Sebab, miliaran penduduk dunia tidak memiliki akses terhadap air bersih. Bahkan, terdapat beberapa negara yang terancam kekeringan pada kondisi ekstrem tertentu.
Lalu, kenapa krisis air global ini masih menghantui penjuru dunia? Dilansir dari artikel 2017 yang diunggah oleh World Resources Institute, berikut deretan alasan mengapa kita dihadapkan dengan krisis tersebut.
1. Perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia
Sejumlah orang yang peduli terhadap lingkungan pasti menyadari bahwa dari waktu ke waktu planet bumi terasa semakin panas. Kondisi tersebut diakibatkan oleh perubahan iklim.
Fenomena lain pun terjadi di saat yang bersamaan. Awan semakin hari menjauh dari khatulistiwa menuju kutub. Peristiwa itu disebabkan oleh perubahan iklim yang disebut ekspansi Sel Hadley.
Akibatnya, curah hujan di beberapa negara yang berada di daerah khatulistiwa menurun. Berkurangnya curah hujan tersebut terjadi di Afrika sub-Sahara, Timur Tengah, hingga Amerika Tengah.
Sebaliknya, wilayah-wilayah lainnya juga mengalami peningkatan curah hujan seiring dengan perubahan iklim. Walaupun terdengar bagus, tetapi hal ini akan berdampak buruk bagi penduduk yang tinggal di dekat sungai dan aliran air. Sebab, kondisi tersebut dapat menyebabkan banjir yang menggilir ke permasalahan lebih luas.
2. Permintaan air yang terus meningkat
Logikanya, populasi akan terus meningkat seiring waktu. Dengan populasi yang semakin besar, maka permintaan air pun akan semakin bertambah.
Tak hanya populasi, meningkatnya penghasilan juga merunyamkan krisis air yang ada. Hal ini diakibatkan banyaknya produk dengan kebutuhan air yang besar, seperti daging dan energi dari bahan bakar fosil. Balik lagi, produk tersebut pun untuk memenuhi permintaan populasi.
3. Terkurasnya air tanah
Sekitar 30 persen air bersih di bumi berada di dalam akuifer yang terpendam jauh di bawah tanah. Setiap harinya, air ini diambil dalam jumlah yang besar oleh industri untuk pertanian, air minum, hingga peternakan.
Potret tersebut dapat dilihat di India dengan tingkat konsumsi air tanah yang lebih tinggi dari negara mana pun. Setidaknya, sumur air tanah di sana berkurang sebanyak 54 persen. Apabila belum ditemukan solusi untuk kondisi tersebut, kemungkinan dalam 20 tahun, 60 persen akuifer di India akan mencapai kondisi kritis.
Lebih bahayanya, cadangan air di akuifer tidak kasat mata. Sehingga kita tidak bisa melihat atau mengukur secara langsung berapa sebenarnya cadangan air kita. Inilah yang menjadi ancaman tersembunyi bagi pasokan air di dunia.
4. Infrastruktur air yang buruk
Bukan hanya airnya yang harus dijaga pasokannya. Tetapi, infrastruktur yang menunjang agar air itu dapat diangkut, dirawat, dan dialirkan pun perlu dikembangkan.
Seperti di Amerika Serikat, kebocoran pipa mengakibatkan 6 miliar galon air olahan terbuang setiap harinya. Tentu, angka itu terbilang fantastis karena tujuannya untuk menopang kehidupan manusia. Sehingga diperlukan infrastruktur air yang layak untuk mendukung pasokan air galobal.
5. Infrastruktur alami diabaikan
Tak ada yang lebih sehat dari suatu hal yang alami. Sayangnya, kebanyakan orang melupakan infratruktur yang alami dan lebih mengarah ke suatu hal yang modern.
Infratruktur alami yang berperan penting dalam menjaga pasokan air bersih, yakni tanaman dan pohon. Dua elemen tersebut memegang peranan penting dalam mengisi air tanah. Tanpanya, curah hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah.
Berkurangnya vegetasi akibar deforestasi, peternakan berlebihan, hingga urbanisasi mengurangi infrastruktur alami kita. Padahal, manusia yang sebenarnya membutuhkan air pada akhirnya. Tetapi, ironinya mereka pula yang merusak lingkungan yang berakibat fatal terhadap hal lainnya.
6. Air terbuang sia-sia
Air merupakan sumber daya alam terbarukan. Meskipun begitu, air juga sering kali terbuang sia-sia. Irigasi banjir dan pendinginan basah untuk pembangkit listrik tenaga termal menggunakan air lebih banyak dari kebutuhan.
Herannya, para perusak lingkungan itu pun tidak sadar untuk memperbaikinya setelah mencemarinya. Tercatat, sekitar 80 persen air limbah dunia dibuang kembali ke alam tanpa pengolahan. Hal ini juga didukung dengan lebih murahnya harga air minum bersih di beberapa negara ketimbang biaya yang harus dikeluarkan untuk pengolahan dan pembuangan limbah.
7. Penetapan harga air yang kurang jitu
Tidak dapat dimungkiri, harga air termasuk murah di seluruh dunia. Harga tersebut tidak merepresentasikan total biaya layanan yang sebenarnya. Mulai dari transportasi menggunakan infrastruktur, perawatannya, hingga pembuangannya. Kondisi itu menyebabkan alokasi air yang tidak merata.
Apabila harga air menunjukkan biaya layanan yang sebenarnya, maka hal itu akan menciptakan insentif untuk penggunaan air secara efisien.
(SYI)