Mencicipi Nasi Jamu, Menu Unik di Warung Mojokerto

Nasi jamu Pak Pri Mojokerto kian diminati selama pandemi covid-19 (Foto / Metro TV) Nasi jamu Pak Pri Mojokerto kian diminati selama pandemi covid-19 (Foto / Metro TV)

MOJOKERTO : Mengkonsumsi makanan sehat sebuah keharusan, apalagi saat pandemi covid-19 saat ini. Di Mojokerto, ada menu sehat dan bisa menambah imunitas, yakni nasi jamu Pak Pri. Lokasinya di Jalan Hayam Wuruk Suronatan Baru, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto, tepatnya di selatan Jogging Track (JT).

Nama jamu diambil bukan karena rasanya pahit, bukan. Namun sayuran yang menggunakan daun-daunan khas untuk rajikan jamu. Tentu jika dimakan mentah, rasanya pahit. Namun setelah diolah tentu memiliki rasa yang khas. Salah satunya daun beluntas. Tumbuhan semak bercabang banyak, berusuk halus dan berbulu lembut.

Umumnya tumbuhan ini ditanam sebagai tanaman pagar atau bahkan tumbuh liar, tingginya bisa mencapai 3 meter apabila tidak dipangkas, sehingga sering kali ditanam sebagai pagar pekarangan. Selain beluntas, ada empat jenis sayur olahan, seperti ontong (jantung pisang), pare, kembang kates gantung (bunga pepaya gantung), godong kates gantung (daun pepaya gantung). Masing-masing memiliki khasiat untuk kesehatan.

BACA JUGA : Omzet Peternak Madu di Pasuruan Naik 150 Persen

“Ontong untuk jantung, pare untuk kolesterol, darah tinggi dan gula darah. Godong dan kembang kates gantung untuk hipertensi. Dinamakan nasi jamu karena nasi dimakan dengan aneka sayur yang punya khasiat jamu,” ungkap pemilik warung, Siti Musholikah (51), Rabu 28 Juli 2021.

Bersama sang suami, Suprianto (62), pasangan suami-istri (pasutri) ini membuka nasi jamu sudah puluhan tahun. Berawal dari nasi pecel yang sayuran daun pepaya disukai pelanggannya, ia kemudian beralih membuat nasi jamu.

“20 tahun an, sejak tahun 2000 an. Dulu pecel kemudian orang-orang suka sayur daun pepaya. Kemudian saya buat sayur oseng-oseng, biar tidak pahit dikasih daun luntas (beluntas). Ada empat bakul langganan dan masaknya sore karena butuh waktu lama,” katanya.

Warung nasi jamu Pak Pri buka mulai pukul 06.00 WIB sampai habis dan libur hari Minggu. Selesai berjualan, Siti kemudian ke pasar untuk mengambil sayuran yang akan dijual keesokan hari ini. Ini dilakukan lantaran proses masak cukup lama. “Kadang saya stok, karena cukup susah mencari bahannya. Apalagi saat pandemi, banyak yang cari. Hanya karena PPKM ini, turun. Biasanya Rp1 juta per hari, sekarang Rp750 ribu, turun 25 persen. Tapi masih banyak yang cari,” ujarnya.

Pelanggan warung nasi jamu Pak Pri tidak hanya dari Mojokerto, namun juga luar kota. Seperti Gresik dan Sidoarjo. Bahkan mereka khusus datang ke Mojokerto untuk menikmati nasi jamu Pak Pri. Biasanya mereka akan pesan sebelum datang.

“Iya banyak dari luar kota, Sidoarjo, Gresik. Biasanya telepon dulu kalau mau kesini, takut kehabisan. Yang kesini, banyak dari pegawai, polisi, TNI. Buka jam 6 sampai habis, Minggu libur karena hari untuk keluarga. Ada juga layanan pesanan online,” jelasnya.

Siti menjelaskan, pukul 10.00 WIB sampai 11.00 WIB jalur lokasi warung jamu Pak Pri sudah sepi. Dalam sehari, ia menghabiskan pare 3 kg, bunga pepaya gantung 12 ikat, jantung pisang 10 buah dan daun pepaya 12 ikat. Hanya Rp11 ribu, bisa mendapatkan empat jenis sayuran tersebut.

“Satu porsi Rp11 ribu, empat jenis sayur dan satu jenis ikan. Ada ikan tuna, pindang, patin, telur, tempe, pari, tahu dan ikan gabus. Kalau minuman Rp5 ribu, ada jare sere kayu manis, kopi jahe, jeruk nipis buat tambah imun. Dari dulu sudah ada tapi karena pandemi jadi laris,” urainya.

Dari awal, warung nasi jamu Pak Pri sudah ada di Jalan Hayam Wuruk. Meski ia ingin membuka cabang namun karena bahan untuk sayuran susah dicari, bahkan ia harus tutup lantaran sayuran untuk dijual tidak ada di pasar.

“Pingin buka cabang tapi bahan susah. Pernah tidak jualan karena tidak ada sayurnya. Tapi kalau salah satunya seperti kembang kates gantung atau ontong tidakk ada maka saya ganti sayur yang lain,” pungkasnya.


(ADI)

Berita Terkait