PROBOLINGGO: Program kartu tani yang digulirkan pemerintah belum menjadi solusi bagi para petani. Terbukti, para petani tembakau di Probolinggo masih kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi.
"Sejak ada kabar penggunaan kartu tani untuk membeli pupuk bersubsidi, sekarang pupuk subsidi semakin susah dicari, " keluh Tolab, petani asal Desa Karanganyar, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo.
Menurut pengakuan Tolab, pupuk bersubsidi urea za harganya kini cukup mahal dikisaran Rp 400 ribu hingga Rp 600 ribu per kwintal. Sedangkan pupuk non subsidi harganya lebih tinggi lagi, sebesar Rp 800 ribu per kwintal
Kelangkaan pupuk bersubsidi tersebut dirasakannya petani sejak awal musim tanam Agustus lalu. Akibat kurangnya pemupukan, proses perawatan tanaman tembakau kurang maksimal.
Para petani berharap ada kebijakan baik dari pemerintah apabila kartu tani akan diterapkan waktunya harus pas dengan musim tanam agar para petani tidak kesulitan membeli pupuk.
Sementara anggota komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Probolinggo, Nuruddin mengatakan lemahnya pengawasan distribusi pupuk bersubsidi menjadi salah satu faktor sulitnya petani mendapatkan pupuk di pasaran.
“Semestinya pemerintah daerah mengawasi secara ketat sistem penyaluran pupuk subsidi dari gudang di tingkat kabupaten hingga kios-kios pengecer. Untuk kartu tani fungsi dan peruntukannya belum jelas. Bahkan juga belum aktif dan tak bisa digunakan petani.
“ ujarnya.
Menyiasati penyaluran pupuk bersubsidi agar tepat sasaran, Nuruddin mendorong pemerintah agar memanfaatkan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) sebagai agen yang ditunjuk guna penyaluran pupuk bersubsidi ke petani.
“Bumdes adalah badan usaha yang lebih mengerti berapa kebutuhan pupuk bersubsidi bagi para petani di desanya, “ tandasnya.
(TOM)