LONDON : Eksodus besar-besaran tejadi pada user WhatsApp. Mereka berpindah ke platform pesaing, yakni Signal dan Telegram. Hal ini buntut kebijakan privasi baru pada platformnya sejak 15 Mei 2021. Kebijakan ini sebetulnya sudah diwacanakan sejak awal tahun. Tapi karena berbagai kontroversinya, WhatsApp menunda penerapan kebijakan tersebut.
Bahkan, kebijakan baru WhatsApp yang disampaikan secara tidak tepat telah mendorong jutaan penggunanya migrasi ke layanan alternatif seperti Telegram dan Signal. Eksodus besar-besaran memaksa WhatsApp menunda penerapan kebijakan baru tersebut. Sedianya mulai berlaku 8 Februari diundur menjadi hingga 15 Mei guna menyosialisasikan kepada pengguna soal perubahan yang mereka buat.
Kendati demikian, penundaan pembaruan kebijakan privasi tidak membendung pengguna untuk pindah ke aplikasi lain. Mengutip laman The Guardian, Minggu 23 Mei 2021, selama tiga minggu pertama Januari 2021, Signal sudah memperoleh 7,5 juta pengguna secara global. Sementara Telegram telah mendapatkan 25 juta pengguna baru.
Baca Juga : Telegram dan WhatsApp Saling Sindir di Twitter, Kenapa?
Perusahaan analitik App Annie menunjukkan WhatsApp terjun bebas dari deretan teratas aplikasi yang diunduh di banyak negara. Di Inggris misalnya, WhatsApp melorot dari posisi delapan ke urutan 23 pada 12 Januari 2021. Sebaliknya, Signal yang awalnya tidak termasuk dalam 1.000 aplikasi teratas di Inggris pada tanggal 6 Januari, namun pada 9 Januari itu adalah aplikasi yang paling banyak diunduh di negara tersebut.
Direktur of Market Insights App Annie, Amir Ghodrati mengatakan, jenis peralihan dalam aplikasi perpesanan dan jejaring sosial ini bukanlah hal aneh. Sebab sifat dasar aplikasi sosial dan bagaimana fungsi utamanya melibatkan komunikasi dengan orang lain.
"Perkembangannya sering kali dapat bergerak cukup cepat, berdasarkan peristiwa terkini. Kami telah melihat permintaan yang meningkat selama beberapa tahun terakhir untuk pesan terenkripsi dan aplikasi yang berfokus pada privasi," ujarnya.
Dilanjutkan Ghodrati, pergeseran ke aplikasi perpesanan yang lebih berfokus pada privasi telah dibangun sebelum kasus WhatsApp ini. Aplikasi perpesanan yang menyediakan fitur privasi mengalami pertumbuhan keterlibatan terbesar pada paruh pertama 2020.
"Aplikasi ini melihat rata-rata 30 persen lebih banyak pengguna aktif daripada alternatif," kata Ghodrati.
Baca Juga : Aturan Privasi Baru WhatsApp Ditolak Jerman
Sementara itu, direktur kebijakan publik WhatsApp untuk Eropa, Timur Tengah, dan Afrika, Niamh Sweeney, mengatakan kepada komite urusan dalam negeri bahwa eksodus itu diyakini terkait dengan pembaruan persyaratan layanan perusahaan. Dia menyebut pembaruan dimaksudkan untuk melakukan dua hal yakni mengaktifkan serangkaian fitur baru seputar perpesanan bisnis, dan memberikan transparansi yang lebih besar seputar kebijakan perusahaan yang sudah ada sebelumnya.
“Tidak ada perubahan pada berbagi data kami dengan Facebook di mana pun di dunia,” ujarnya.
(ADI)