BANYUWANGI : Suku Osing atau juga disebut sebagai 'wong Blambangan' merupakan mayoritas di beberapa kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Selain memiliki keunikan bahasa sendiri, Suku Osing juga memiliki khas makanan daerah dari warisan leluhur. Salah satunya 'Bekamal'.
Bekamal adalah kuliner khas Suku Osing itu adalah masakan daging yang difermentasi sebelum dimasak. Salah satu warga di daerah Banyuwangi selatan, tepatnya di Desa Tampo, Kecamatan Cluring, Alyah (49), seorang ibu rumah tangga menceritakan cara masak Bekamal yang didapat dari neneknya.
"Saya paling suka dari masakan nenek itu masakan Bekamal. Dulu jika nenek sudah mulai bikin Bekamal yaitu daging yang difermentasi, saya menjadi betah di rumah," kata Alyah.
Ia menjelaskan, Bekamal terbuat dari bahan dasar daging sapi yang melalui proses pembusukan. Ketika daging sudah mulai membusuk, baru daging itu dimasak. Proses masaknya sangat mudah dan hampir mirip seperti memasak rendang. Namun makanan itu tidak semua orang bisa merasakan masakan Bekamal.
Baca Juga : Misteri Pohon Besar di Jombang, Konon Suka "Ghosting"
"Dulu saya tidak suka makanan ini, tapi sekarang sebulan tidak makan saya bingung dan ketagihan," ujarnya.
Ia menyebutkan, tidak semua orang bisa mencicipi Bekamal. "Selain baunya menyengat, rasanya di lidah agak aneh. Tapi menurut saya, keanehan itu menjadi kelezatan yang tidak semua orang bisa menikmatinya," jelasnya.
Salah satu tokoh adat Osing asal Desa Glagah, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Sanusi (69) menyebutkan masakan Bekamal dibuat sebelum adanya penjajah di Bumi Blambangan. "Masakan Bekamal itu ada sebelum penjajah. Mungkin sejak Kerajaan Blambangan, masakan itu sudah ada," kata Sanusi.
Masakan Bekamal itu sebenarnya proses pengawetan daging di zaman dulu sebelum ada alat penyimpan bahan makanan agar awet. Sampai sekarang masakan Bekamal menjadi hidangan istimewa di meja rumah asli Suku Osing. Mereka sangat menjaga tradisi warisan dari leluhur.
"Masakan Bekamal itu bahan daging yang sebelum dimasak diawetkan dengan cara diberi bumbu khusus dulu, lalu ditaruh di tempat yang kedap udara. Kalau sekarang ditaruh di dalam toples. Itu waktunya ada yang menyimpannya satu bulan baru dimasak," terang Sanusi.
(ADI)