NGAWI: Lazimnya kopi hanya nikmat saat diseruput. Namun di Ngawi, kini kopi tak hanya untuk minuman, namun bisa juga dipakai sebagai bahan camilan. Namanya, kerupuk kopi!
Ide pembuatan kerupuk kopi ini datang dari Sri Nurwati (45), seorang perias pengantin dari Desa Dumplengan Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Lantaran usaha rias pengantin macet akibat pandemi covid-19, Sri kemudian banting setir beralih untuk mengembangkan usaha kerupuk. Namun sebelum memulai, terbersit untuk membuat kerupuk yang lebih kekinian.
"Kalau buat kerupuk sudah terbiasa. Ingin beda saja, akhirnya coba bikin kerupuk kopi. Apalagi sekarang banyak orang suka ngopi, " ucapnya.
Berawal dari coba-coba memanfaatkan biji kopi untuk membuat kerupuk kopi. Akhirnya tercipta kerupuk rasa kopi. Inovasi Sri berkembang setelah kolaborasi dengan UMKM yang ada di wilayah sekitarnya.
Saat ini, dalam sehari rata-rata bisa memproduksi 5 kg biji kopi menjadi kerupuk. Untuk harga, dipatok Rp 70 ribu perkilogram dalam kondisi mentah. Sedangkan kerupuk matang dengan berat 0,5 gram dijual Rp 10 ribu.
"Untuk penjualan masih di sekitar wilayah Kabupaten Ngawi dan memanfaatkan media on line. Kendala yang dihadapi sekarang dengan keterbatasan alat serta cuaca saat proses pengeringan," ucapnya.
Ke depan, Sri Nurwati mendapatkan suport dari pemerintah daerah. Apalagi, Ngawi juga punya potensi sebagai daerah penghasil kopi.
"Mudah-mudahan ada dukungan baik dari sisi permodalan dan pemasaran. Ini sebagai meningkatkan potensi dan pengembangan UMKM di Kabupaten Ngawi, " harapnya.
(TOM)