Dua Mahasiswa Untag Desain Mesin Pemotong Keripik

Panggalih Priambodoh dan Muhammad Khadiq Yahya menunjukkan mesin pemotong keripik buatannya (Foto / Metro TV) Panggalih Priambodoh dan Muhammad Khadiq Yahya menunjukkan mesin pemotong keripik buatannya (Foto / Metro TV)

SURABAYA : Dua orang mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Panggalih Priambodoh dan Muhammad Khadiq Yahya, membuat desain mesin pemotong keripik untuk membantu pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) meningkatkan produktivitas.

"Kami berinisiatif membuat sebuah alat pemotong keripik dengan harga yang terjangkau agar industri industri kecil tersebut dapat memiliki mesin pemotong. Sehingga produksi dari UMKM tersebut dapat meningkat," kata Panggalih.
 
Menurutnya, mesin ini juga bisa digunakan untuk membuat jenis keripik tempe, singkong, ketela atau bisa juga pisang. Penggalih mengatakan pemotongan manual yang dilakukan oleh UMKM keripik berdampak pada kualitas keripik. "Kendala yang mereka hadapi adalah waktu pengirisan yang lama serta tebal tipis potongan yang tidak sama dan juga memotong untuk keripik butuh keahlian yang harus dimiliki," ujar Panggalih.
 
Mesin pemotong dirancang dengan berbagai alat penunjang. Syarat utamanya adalah pisau yang dimodel bulat, agar berputar. Sementara itu, Muhammad Khadiq Yahya menjelaskan bahwa mesin pemotong dapat bekerja dengan sangat sederhana dengan daya pada motor 1/4 Hp dengan putaran 1420 rpm, diameter poros yang dipakai 20 mm berbahan S45C, diameter pulley 4 in, 5 in, 6 in berbahan aluminium, bearing dengan diameter dalam 20 mm.

Baca juga : 300 Warga Binaan Lapas Porong Dapat Pelatihan, Tukang Kayu hingga Sablon
 
"Mesin ini dengan putaran motor AC yang diperlambat dengan varian pulley yang dayanya diteruskan ke pisau yang berputar, lalu bahan keripik tersebut bergerak lurus menuju arah pisau dan akhirnya terpotong," kata dia.
 
Hasil percobaan mesin pemotong pada tempe didapatkan hasil terbaik pada putaran mesin 591,7 rpm menggunakan satu pisau potong dengan hasil 100 irisan. "Dalam waktu 11 detik dengan persentase banyaknya irisan tempe yang layak adalah 88 persen yakni 88 irisan layak, 12 irisan rusak," ucap Khadiq.
 
Meski demikian, dia menyebutkan khusus pembuatan keripik tempe, kualitas tempe turut menentukan keberhasilan mesin. "Bahan tempenya harus benar-benar bagus saat digunakan untuk pengujian, karena jika usianya lebih atau kurang sehari tempenya akan hancur, sehingga tempe yang dipakai merupakan tempe sagu khusus untuk keripik," katanya.
 
Meski sempat terkendala waktu dan harus lulus sembilan semester, kedua mahasiswa tersebut bersyukur bisa merancang mesin dan berharap mesin rancangannya tersebut dapat bermanfaat.
 
"Rencananya akan diberikan pada UMKM keripik di Trenggalek. Meski demikian, mesin ini masih perlu pengembangan dan dirancang lebih sederhana supaya lebih mudal digunakan," ujarnya.


(ADI)

Berita Terkait