Gropyokan ini dilakukan dengan cara mendatangi pematang sayah dan memberikan aliran air pada lubang-lubang yang menjadi tempat persembunyian tikus. Dengan menggunakan kayu sebagai pemukul, warga nampak bersemangat untuk membasmi hama tikus yang menjadi musuh petani selama ini. Sebab serangan hewan pengerat ini bisa mengancam petani gagal panen.
Salah satu petani setempat, Suprapto menyatakan upaya gropyokan ini kembali dimaksimalkan lantaran mereka tak memiliki cara lain untuk mengusir hama tersebut.
"Kami sudha memasang pagar plastik agar tikus tidak dapat masuk ke area tanaman padi. Serta pemasangan rumah burung hantu, sebagai predator pemangsa tikus. Namun kurang maksimal," terangya.
Meski demikian, Suprapto dan petani lain di desa tersebut sepakat tidak akan menggunakan jebakan listrik. Selain dilarang, jebakan itu juga membahayakan.
"Terlebih di Ngawi sendiri cukup banyak kasus jebakan tikus yang mengakibatkan korban jiwa," katanya.
(ADI)