Bolpoin Pintar Ini Bisa Rekam Data Medik Pasien

Mahasiswa UMM menunjukkan ciara kerja Smartpen untuk kebutuhan medis (Foto / Istimewa) Mahasiswa UMM menunjukkan ciara kerja Smartpen untuk kebutuhan medis (Foto / Istimewa)

MALANG : Mahasiswa Universitas Muhamadiyah Malang (UMM) sukses menciptakan bolpoin pintar berbasis internet. Bolpoin pintar ini bisa mempercepat perekaman data medis para pasien yang masuk ke rumah sakit saat penanganan kedaruratan. Cara kerjanya pun cukup sederhana layaknya bolpoin pada umumnya, alat yang diberi nama Smart Pen Medical Record ini merekam data riwayat medis pasien tanpa perlu harus mencari di sistem komputerisasi.

Pasien cukup meletakkan jarinya ke sebuah alat sensor yang akan merekam sidik jari tersebut. Sidik jari inilah yang nantinya akan memperlihatkan data medis pasien, termasuk riwayat penyakit yang pernah dideritanya jika dibutuhkan dengan cepat dan tepat. Smartpen ini kreasi lima mahasiswa UMM yakni Anwar Syaddad dari Fakultas Teknik, Nadhiva Nur Allyza dan Muhammad Akbarrul dari Fakultas Kedokteran, Janu Dea Siska dari Manajemen, dan Dinda Putri Savira dari Fakultas Ilmu Kesehatan.

Smartpen ini pun berhasil lolos pembiayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM KC). Beberapa komponen di dalamnya membuat alat inovasi ini masih tampak besar dan belum seukuran bolpoin pada umumnya. Terlebih bentuknya yang segitiga dengan panjang

Anwar Syaddad ketua tim menuturkan, tercetusnya ide ini berawal dari keluhan pamannya yang menderita sakit dan harus menjalani pengobatan di rumah sakit. Celakanya saat di rumah sakit itulah, sang pamannya memerlukan waktu karena tim medis masih harus mencari riwayat medis sang pasien di dokumen-dokumen maupun sistem yang ada.

Baca juga : Mantab!, Bocah di Lumajang Mahir Membuat Game Online Otodidak

"Berawal dari keresahan paman itulah alat ini tercipta. Dimana penelitiannya sejak Juni 2022 lalu, akhirnya kami berhasil menciptakan alat smart pen medical ini," ucap Anwar, Selasa 27 September 2022.

Pemilihan bolpoin atau smartpen sendiri dikatakan Anwar karena dokter dan tenaga kesehatan identik dengan peralatan bolpoin untuk pencatatannya. Dari sanalah ide itu menciptakan alat berbentuk bolpoin dengan ukuran agar besar dan berbentuk segitiga tercipta.

"Alasannya karena bolpoin identik dengan kedokteran, dokter juga sering membawa pulpen yang menjadi identitas kesehatan. Dengan smart pen ini yang kami buat seringkas mungkin atau sekecil mungkin itu dapat memudahkan tenaga medis," ujarnya

Cara kerja alat ini disebutkan Anwar cukup sederhana. Pasien yang datang ke rumah sakit hanya perlu memindai sidik jarinya ke sensor yang telah terpasang di smartpen ini. Dari sanalah rekam medis riwayat penyakit pasien terkoneksi ke server website. Data-datanya pun disebut lengkap karena selain alat ini bisa merekam saturasi oksigen hingga detak jantung, riwayat penyakit lain bisa terekam lengkap.

"Sidik jari pasien akan memberikan akses untuk membuka rekam medis di laptop atau komputer, karena basic yang kami buat rekam medis berbasis elektronik. Untuk sensor print yang kami buat sudah kami tanam sebuah pemograman visualisasi gambar, dimana dari hasil yang secara sederhana alat ini mendeteksi alat finger print pasien," katanya.

Hasil pemindaian sensor sidik jari inilah yang akan mengirimkan data medis ke dalam sebuah website tersendiri. Dimana perbedaan masing-masing sidik jari antara satu pasien dengan pasien lainnya memudahkan identifikasi pasien yang datang, tanpa menunggu waktu lama.

"Ketika di finger print sudah terdeteksi, maka smartpen ini akan mengirimkan ID (sidik jari) tersebut ke website, secara otomatis website akan menampilkan data histori penyakit pasien," tuturnya.

Namun sebelum data pasien terekam ke dalam suatu data, tenaga medis harus memasukkannya secara manual ke dalam suatu website terlebih dahulu. Nantinya jika sudah dimasukkan tenaga medis tak perlu lagi mencari data rekam medis pasien. Dengan sistem seperti ini kevalidan data diklaim Anwar mencapai 90 persen, sehingga antar pasien kecil kemungkinan tertukar datanya.

"Semisal itu ada dari data medis terdahulu itu langsung terbuka. Kami menggunakan template - template sederhana, misalkan data riwayat terdahulu, identitas pasien, suhu tubuh, tapi untuk pembacaan sidik jari sudah 90 persen valid sudah bisa diakses," tuturnya.

Kini setelah lolos PKM KC, kelima mahasiswa UMM ini tengah berjuang untuk mematenkan hak kekayaan intelektual (HaKI). Tak hanya itu, timnya disebut Anwar berupaya menyempurnakan bentuk bolpoin pintar agar lebih kecil dan menyerupai bolpoin pada umumnya.

"Harapannya alat ini bisa terekonstruksi agar alat ini bisa dipakai oleh tenaga medis dan membantu masyarakat, agar lebih cepat agar tidak tergantung pada sistem kartu saja. Dengan teknologi ini diharapkan membantu meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit," katanya.


(ADI)

Berita Terkait