Dikutip dari berbagai sumber, burung ini sering dianggap sebagai sahabat setia dalam perjalanan dan penunjuk jalan agar para pendaki tidak tersesat. Mitosnya pun menyebar dari masyarakat lereng Lawu yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ke sejumlah pendaki.
Ahli burung dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, burung tersebut memiliki nama latin Turdus poliocephalus. "Jenis burung ini memiliki habitat di pegunungan, bahkan ada yang tinggal di puncak. Perilaku burung ini memang mencari makan di daerah vegetasi yang rimbun, di tanah, atau di wilayah terbuka seperti di jalur pendakian," tulis akun Instagram@indoflashlight.
Baca Juga : 5 Tarian Adat Ini Ternyata Berasal dari Malang, Simak Ulasannya
Tentang perilaku Anis Gading yang mencari sisa makanan pendaki ternyata banyak dibenarkan para pendaki. Jadi, kemungkinkan burung tersebut mendekati pendaki karena terbiasa memeroleh makanan sisa dari pendaki, terutama sisa makanan yang ada di jalur pendakian.
"Jadi, kemungkinkan burung tersebut mendekati pendaki karena terbiasa memeroleh makanan sisa dari pendaki, terutama sisa makanan yang ada di jalur pendakian. Seperti sisa mi instan yang bisa saja dianggapnya cacing / ulat," terangnya.
Hal tersebut juga menjelaskan mengapa Anis Gading selalu terbang kembali ke jalur pendakian, apalagi kalau bukan mencari makanan. Namun, dalam masyarakat justru muncul mitos, Anis Gading ingin membantu menunjukkan jalan. Apa pun mitosnya semoga satwa ini tetap lestari.
(ADI)