SURABAYA : Ratusan mahasiswa Institut Agama Islam Maarif (IAIM) Nahdlatul Ulama (NU) Metro Lampung mengikuti kuliah umum tentang Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Ke-NU-an di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA). Unusa menjadi perguruan tinggi yang menjadi rujukan untuk kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
Rektor UNUSA, Prof. Achmad Jazidie mengatakan ribuan perguruan tinggi berdiri di Indonesia. Dari ribuan kampus ini terselip fakta miris. Banyak kampus yang tidak berkembang dan bahkan dianggap tidak berkualitas. Jangan sampai, menjadi kampus yang 'hidup enggan mati pun tak mau'.
Menurutnya, ada tiga jenis kampus saat ini berdasarkan kualitas serta jumlah mahasiswanya.
"Pertama, kampus yang baru didirikan langsung bertemu ajalnya. Kedua, kampus stunting yang hidup enggan mati tak mau. Ketiga, kampus yang berkembang. Semua Perguruan Tinggi Nahdaltul Ulama (PTNU) di Indonesia harus berkembang dan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa. Bukan jadi kampus stunting, atau biasa orang Jawa bilang kuntet. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah mutu akreditasi yang tidak instan," katanya, Senin 20 Juni 2022.
Pria alumnus Hiroshima University Jepang ini mengatakan akreditasi sangat diperlukan untuk standar ukuran mutu pendidikan pada suatu lembaga pendidikan perguruan tinggi. Setiap perguruan tinggi harus bisa meningkatkan mutu dan daya saing terhadap lulusannya dan dapat menjamin tentang proses belajar mengajar pada perguruan tinggi tersebut.
Baca juga : Enam Mahasiswa Unusa Juarai Dua Ajang Lomba Nasional
“Akreditasi menjadi salah satu jaminan apakah kampus tersebut berkualitas atau tidak. Jika akreditasinya bagus maka menunjukan kualitas pendidikannya juga bagus. Sehingga setelah lulus bisa menjadi alumni yang berkualitas,” ungkapnya.
Sementara itu, Rektor IAIMNU Metro lampung, Dr. Mispani berterima kasih atas sambutan UNUSA dalam kegiatan KKL. Dirinya mengapresiasi proses kualitas mutu pendidikan yang ada di UNUSA sehingga bisa mencapai mutu seperti ini. UNUSA merupakan universitas baru, namun mahasiswanya sudah mencapai 5000 mahasiswa.
“UNUSA lahir di tahun 2013, mahasiswanya sudah mencapai 5000 orang. Hal ini patut kita tiru Langkah dan strateginya, termasuk cara peningkatan mutu kualitas Pendidikan, sehingga masyarakat mempercayai UNUSA,” ungkapnya.
Ketua MUI Surabaya, Dr. Mohammad Syukron Djazilan, menjelaskan perkembangan pemikiran radikalisme yang berbasis keagamaan dan politik semakin pesat berkembang di Indonesia. Hal ini menjadi ancaman yang sangat serius bagi keberlangsungan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut dapat dilihat dari gencarnya aksi yang dilakukan kelompok radikal yang merekrut mahasiswa untuk menolak paham demokrasi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
“Deradikalisasi bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan Pendidikan nilai-nilai keaswajaan atau ke-NU-an, ini merupakan salah satu cara yang efektif. Pendidikan ini berproses dalam pembelajaran yang mengajarkan realitas keagamaan (pluralisme) agama, ras, suku, budaya dan bahasa yang harus dikelola dan dihormati,” tandasnya.
(ADI)