SURABAYA : Umumnya sate biasanya ditemani nasi putih atau lontong, namun makanan di Kawasan Ampel Surabaya Utara ini berbeda, Sate Karak. Menu sate ini memang beda dengan sate-sate pada umumnya berisikan usus dan lemak sapi dibalur dengan bumbu jangkep (bumbu pokok minus kunci dan sereh) yang dibakar di atas bara api, setelah matang langsung disajikan di atas karak.
Namun jangan salah sangka, karak yang dimaksud bukan nasi putih yang dijemur hingga kering, melainkan ketan hitam. Tak hanya ketan hitam, sebagai pelengkap ditabur lagi parutan kelapa dan koya kedelai.
Salah satu penikmat sate karak, Mirza Rully mengaku, sudah lama menikmati sate tersebut bersama keluarganya.
“Karena rasanya beda dengan sate lainnya. Nasi juga beda pake ketan hitam dan lebih cocok ketan hitam. Rasa satenya juga beda kayak bumbu rujak gitu, jadi beda dengan sate biasanya,” ungkap Mirza.
Jauh sebelum bisa disantap, sang penerus usaha yang sudah ada sejak lama atau generasi ketiga Elis mengaku, hidangan ini menjadi hidangan utama oleh neneknya. Sehingga, bumbu dan bahan yang digunakan tetap sama.
Sebelum dihidangkan, Elis mengukus usus dan lemak sampai empuk. Kemudian dibalur bumbu basah, baru dibakar saat berjualan. Karena kemajuan zaman dan memenuhi pecinta sate, Elis tetap menyediakan saus kacang.
“Satenya itu sate usus pake karak. Karak itu memang ketan hitam bukan nasi yang dijemur. Memang cocoknya sama ketan hitam, tapi tetap tak siapkan nasi putih buat yang gak doyan makan ketan hitam. Sama tak siapkan saus kacang soalnya ada yang minta saus kacang,” kata Elis.
Walau tak seperti sate biasanya, Elis mengaku setiap hari bisa menghabiskan daging dan ketan hitam masing-masing 5-7 kilogram. Untuk harga, dengan rasa yang betul-betul nikmat ternyata sangat-sangat bersahabat. Dengan merogoh kocek Rp15 ribu, sudah mendapat satu porsi sate berisi lima tusuk dengan ketan hitam.
(ADI)