SURABAYA: Mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta seluruh kepala daerah untuk meningkatkan ketersediaan tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) ICU dan BOR Isolasi Covid-19 lebih dari 60 persen.
"Tujuannya untuk mengantisipasi lonjakan covid-19 yang diprediksi meningkat hingga akhir Juni 2021. Prediksi tersebut berdasar pada pengalaman empiris setiap periode libur panjang," kata Khofifah, saat Rapat Koordinasi (Rakor) virtual bersama Forkopimda kabupaten/kota se-Jatim, Rabu, 2 Juni 2021.
BACA: Covid-19 Melonjak, 3 Daerah di Jatim Masuk Zona Oranye
Berdasarkan standar WHO, lanjut Khofifah, kapasitas BOR di setiap rumah sakit rujukan covid-19 maksimal 60 persen. Namun, Khofifah meminta bupati/wali kota di Jatim menyiapkan antisipasi di atas 60 persen.
"Artinya bahwa harus ada pengendalian yang harus lebih intensif dilakukan karena data kuratifnya seperti itu," ujarnya.
Berdasarkan data Dinkes Jatim, hanya Bojonegoro dan Madiun yang BOR ICU nya di atas 80 persen. Sementara BOR ICU 60-79 persen terdiri dari Madiun, Kota Blitar, Ponorogo, dan Tuban. Sedangkan BOR Isolasi Covid-19 yang mencapai 60-79 persen ada di Bangkalan, Kota Madiun, Ngawi, Ponorogo, dan Tulungagung.
"Saya mohon agar kita semua yang sudah melakukan pemantauan pengendalian harian kasus covid-19, terus melakukan identifikasi. Apa yang kemungkinan menimbulkan dan memicu sebaran, atau sebaliknya menurunkan itu yang diidentifikasikan," katanya.
Dalam Rakor tersebut, khofifah juga meminta para kepala daerah se-Jatim terus melakukan monitoring, dan pemantauan perkembangan kasus harian covid-19 di wilayahnya masing-masing. Ini penting, untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya peningkatan kasus Covid-19 dampak libur lebaran 1 Syawal 1442 H.
"Kalau Pak Menteri Kesehatan wanti-wantinya sampai dengan Akhir Juni bahkan Juli 2021. Karenanya, semua kepala daerah tiap hari harus memonitor perkembangan kasus Covid-19," ujarnya.
Setelah libur lebaran ini, lanjut Khofifah, masih banyak masyarakat yang melakukan silaturahmi syawalan dengan berkeliling ke satu tempat ke tempat lain. Untuk itu, diperlukan pengawalan pemantauan pengendalian secara komprehensif.
"Jangan pernah menganggap sepeleh jika terdapat kasus yang dianggap melandai, basis RTnya 95 persen hijau. Tetapi perlu diantisipasi bahwa silaturahmi syawalan masih berlangsung. Mereka berkelompok masih melakukan silaturahmi keliling," ucapnya.
(TOM)