PROBOLINGGO: Berawal dari tukang bor sumur panggilan, seorang pemuda di Kota Probolinggo, Jawa Timur berhasil menjadi perajin lampu hias kaligrafi. Karya seninya ini laku keras di bulan suci ramadan.
Pemuda kreatif itu bernama Erwin Adi Prastika, 27 tahun, warga Jalan Serma Abdulrahman, Kelurahan Wiroborang, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo.
Sejak empat tahun lalu, Erwin menggeluti kerajinan berbahan dasar pipa paralon atau PVC ini. Mulanya, sebagai penggali sumur bor panggilan, ia melihat banyak sisa paralon bekas tidak terpakai.
"Saat jadi pengali sumur, sering melihat pipa paralon bekas. Kemudian saya bawa pulang. Coba-coba bikin kerajinan dari pipa ini, " kenangnya.
Setelah beberapa kali mencoba membuat kerajinan, akhirnya terciptlah sebuah lampu hias dengan ukiran kaligrafi yang bernilai seni tinggi.
Kerajinan pipa paralon karya Erwin ini berbentuk kaligrafi ukir. Penambahan lampu warna-warni di dalam ukiran membuat lampu hias ini semakin hidup dan tampak indah.
Sebelum diukir, terlebih dahulu pipa paralon dipotong sesuai ukuran yanng diperlukan. Kemudian masuk ke proses pengukiran.
Kertas yang sudah diprint berbagai gambar kaligrafi, kemudian ditempel ke pipa paralon yang sudah terpotong. Selanjutnya kertas bergambar tersebut di ukir dengan menggunakan alat minigrinder.
"Proses pengukiran harus dilakukan dengan hati–hati dan detail, " ujar Erwin
Setelah proses pengukiran selesai, kemudian berlanjut ke proses terakhir, yaitu pemasangan lampu beserta komponen listriknya.
"Untuk proses pembuatan satu kerajinan, membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Namun juga ada yang memakan waktu beberapa hari tergantung kerumitan serta detail gambar, " ujarnya.
Selain kejarinan lampu ukir, Erwin juga membuat kerajinan miniatur masjid yang juga berbahan dasar pipa paralon. Khusus untuk masjid, pengerjaannya membutuhkan waktu sekitar tiga hari karena tingkat kesulitannya cukup tinggi.
Satu lampu hias kaligrafi dijual dengan kisaran harga Rp 70 ribu hingga Rp 175 ribu tergantung ukuran serta tingkat kesulitan.
Sementara miniatur masjid, hingga menara eifel dan menara piza dijual seharga Rp 1 juta.
Sejak bulan ramadan, lampu hias kaligrafi karya Erwin ini diburu konsumen. Sampai saat ini ada 500 order. Dibantu satu temannya, Yusak Pamungkas order tersebut masih dalam proses pengerjaan.
Selama pandemi ini, Erwin mengaku tidak berpengaruh banyak terhadap penjualan. Sebab, pemasarannya melalui medsos dan dikirim lewat jasa ekspedisi.
(TOM)