Nestapa Sekolah Daring di Ngawi; Ponsel Gantian, Berburu Signal di Perkebunan

Anak-anak di Desa Paron Ngawi harus menyusuri perkebunan untuk mendapatkan signal jaringan internet. (foto/metrotv) Anak-anak di Desa Paron Ngawi harus menyusuri perkebunan untuk mendapatkan signal jaringan internet. (foto/metrotv)

NGAWI: Sekolah daring di masa pandemi covid-19 menjadi barang langka dan mahal bagi siswa di berbagai pelosok desa. Kali ini terjadi di Desa Kedungputri, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Sejumlah siswa SD  dan SMP di desa ini kesulitan belajar secara on line. Selain jaringan sinyal lemah, sebagaian juga tidak mempunyai handphone sendiri.

Seperti yang dialami Agung Cahyo Purnomo,  9 tahun. Siswa SD kelas tiga ini harus menunggu bapaknya, Haryanto (45 tahu) pulang kerja untuk bisa memegang handpohone.

Mulai pagi, Haryanto berangkat berjualan sandal keliling hingga sore hari. Sementara ibunya bekerja di luar kota.  Tak jarang Agung tidak bisa mengerjakan tugas karena bapaknya tak kunjung datang.  

“Susah sekali karena HP hanya satu,  saya bawa jualan dari pagi hingga sore.  Kadang tidak ngerti kalau anak ada tugas,  kadang  dia tidak mengerjakan tugas.   Mengerjakan tugas setelah saya pulang dari jualan kadangsampai malam, “ ujar Haryanto.

Nasib  serupa juga dialami banyak siswa di desa ini. Sebagian mengaku meminjam handphone milik temannya agar bisa mengerjakan tugas dari sekolah. Kondisi  diperparah sulitnya sinyal di desa.

Bahkan para siswa setiap hari harus rela berburu sinyal hingga ke perkebunan warga di pinggir sawah agar tidak tertinggal mata pelajaran.

“Soalnya susah sinyalnya kadang bagus kadang jelek. Kita mencari sampai ke pekarangan warga baru dapat dari rumah sama sekali tidak bisa, “ ujar Ika Fadhilah Astari, siswi SMP.

 


(TOM)

Berita Terkait