TULUNGAGUNG : Ribuan hektare tanaman tembakau di Kabupaten Tulungagung terancam gagal panen atau puso. Intensitas hujan tinggi yang terjadi beberapa hari terakhir membuat tanaman tersebut tergenang banjir. Akibatnya, petani memilih panen lebih awal.
Pudji (52), petani di Desa Ngranti, Kecamatan Boyolangu mengatakan, banjir mulai terjadi sejak Senin lalu. Tanaman tembakau miliknya seharusnya dipanen dua minggu lagi. Namun, jika tembakau tergenang lebih dari 3 hari, petani akan mengalami kerugian lebih banyak.
"Hal ini disebabkan kualitas tembakau yang kurang baik dan bobotnya menyusut. Sebelum banjir sudah ditawar Rp650 ribu per kuintal. Kini setelah banjir harganya turun menjadi Rp500 ribu per kuintal," ujarnya, Selasa 4 Oktober 2022.
Koordinator Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Dinas Pertanian Tulungagung Gatot Rahayu menerangkan, total luasan tanaman tembakau yang terdampak banjir mencapai 1.226 hektare. Area tanam tersebar di 20 desa dari 4 kecamatan. Daerah terparah tanaman tembakau yang tergenang banjir terdapat di Kecamatan Campurdarat. Luasan tanaman tembakau di wilayah tersebut mencapai 500 hektare.
Baca juga : Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris Disanksi Seumur Hidup
"Yang terendam usia tanamannya beragam, mulai 30 hari hingga memasuki masa panen," terangnya.
Hingga saat ini, Dinas Pertanian masih melakukan pemantauan terhadap kondisi tanaman yang tergenang banjir. Pihak Dinas Pertanian mengimbau para petani untuk segera memanen tanaman tembakaunya agar tidak merugi banyak.
"Jika nanti terjadi gagal panen, kami akan memberikan bantuan berupa benih padi ke petani. Setiap hektar akan mendapatkan 25 kilogram benih padi," pungkasnya.
Was-Was Serangan Ulat
Tanaman petani tembakau di Desa Karangpakis, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang diserang hama ulat. Raka (38), salah satu petani tembakau mengatakan, meski harga jual tembakau sedang naik hingga Rp35 ribu per kilogram, tapi petani tembakau was-was dengan seragan hama ulat itu.
"Serangan hama ulat masih menjadi momok petani tembakau. Kalau hama ulat memang selalu ada sepanjang musim. Ulat daun itu menggerogoti daun tembaku, jadinya berlubang seperti ini," ungkap Raka.
Dia mengaku, pada saat awal musim tanam, curah hujan cukup tinggi, sehingga petani tembakau mengganti tanamannya. Kini begitu tanaman mulai tumbuh sehat, hama ulat datang.
"Ulat daun tak hanya memakan daun tembakau. Namun juga memakan batang, sehingga tanaman menjadi patah dan tidak bisa tumbuh optimal. Kalau dibiarkan tanaman bisa mati," tegasnya.
Untuk mengatasi hal itu, para petani biasanya melakukan penyemprotan insektisida. "Hama ulat biasanya akan mati ketika disemprot dengan obat insektisida. Penyemprotan dilakukan rutin ketika tanaman berumur satu bulan. Dengan begitu ulat akan mati," pungkasnya.
(ADI)