Bule Australia Dinikahi Warga Sukodono, Alasannya Bikin Meleleh

Proses pernikahan  Zimmi dan Alexandra (Foto / Metro TV) Proses pernikahan Zimmi dan Alexandra (Foto / Metro TV)

SIDOARJO : Zimmi Akhmad (35) warga Dusun Keling, Desa Jumput Rejo, Sukodono merasa menjadi salah satu pria yang paling beruntung. Ia berhasil meminang seorang bule asal Australia bernama Alexandra Sarah Martin. Akad nikah keduanya digelar Minggu 23 Januari 2022.

Selepas akad, kedua mempelai diarak keliling kampung. Pasangan usia 35 dan 36 tahun itu menaiki kereta kencana dengan iringan musik patrol. Hal itu tentu menjadi perhatian warga sekitar. Warga banyak yang mengikuti jalannya akad nikah dan arak arakan karena penasaran dengan wajah bule asal Australia itu.

“Cantiknya,” ucap Fitri, salah satu warga di lokasi.

Alexandra menceritakan, ia sudah mengenal Zimmi Akhmad sejak 7 tahun silam. “Awalnya hanya sebagai teman,” katanya.

Pertemuan itu terjadi di Bali. Zimmi sendiri juga bekerja di Bali. Selain seorang atlet sepeda BMX, ia juga bekerja sebagai distributor alat olahraga air. Komunikasi keduanya makin intens dan sering jalan bareng berkaitan dengan pekerjaan ataupun sekedar untuk bersantai. Dari situlah, Alexandra mengenal karakter Zimmi lebih dalam hingga kepincut dan mau dinikahi.

Baca Juga : Penuh Kenangan, Warga Magetan Ini Koleksi Ratusan Piringan Hitam

“Dia orang baik, saya mendapat sisi baiknya,” puji Alexandra.

Selain terpesona dengan pria Sukodono itu, Alexandra juga terkesima dengan budaya Indonesia. Pengalaman diarak dengan kereta kencana dan iringan musik patrol lengkap dengan berbagai tokoh wayang menjadi hal yang cukup berarti.

“Budaya tentu beda, tapi sangat sepesial. Orangnya ramah ramah,” tuturnya dengan senyum.

Sementara itu Zimmi menjelaskan, dirinya sebenarnya juga tidak menyangka bisa menikahi perempuan asing. Menurutnya faktor lokasi pekerjaan di Bali menjadi salah satu pendukung untuk sering berinteraksi dengan orang asing. Makanya sampai kenal dengan Alexandra.

Baginya tantangan terbesar yang dihadapi adalah mempersatukan karakter dan budaya yang jauh berbeda. “Pelan-pelan dan akhirnya bisa,” pungkasnya.


(ADI)

Berita Terkait