Canggih, ITS Miliki Drone Pengantar Kebutuhan Medis untuk Pulau Terpencil

Penampakan drone pembawa obat untuk daerah terpencil hasil inovasi ITS (Foto / Metro TV) Penampakan drone pembawa obat untuk daerah terpencil hasil inovasi ITS (Foto / Metro TV)

SURABAYA : Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melakukan uji coba operasional pesawat tanpa awak (drone) pengirim kebutuhan medis ke daerah terpencil di Kabupaten Sumenep. Teknologi ini diciptakan untuk menyuplai kebutuhan medis di wilayah Jawa Timur yang sulit dijangkau. Kegiatan uji coba ini lahir berkat dua kerja sama, yakni kerja sama Beehive Drones dengan Departemen Teknik Transportasi Laut ITS.

"Ini menunjukkan keberhasilan pembinaan start-up untuk menghasilkan produk teknologi baru yang bermanfaat bagi masyarakat," kata Wakil Rektor IV ITS Bambang Pramujati, Selasa 9 November 2021.

Kemudian, Chief Executive Officer (CEO) Beehive Drones Albertus Gian Dessayes mengatakan, drone merupakan jawaban praktis atas permasalahan last-mile delivery dalam dunia distribusi logistik. Lewat solusi ini, maka distribusi logistik dengan transportasi konvensional dapat lebih terbantu. Sebab, drone menawarkan kecepatan waktu serta kepraktisan sistem distribusi logistik.

Alumnus Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS ini menjelaskan, Kabupaten Sumenep merupakan wilayah yang terdiri dari daratan dan sejumlah pulau kecil di Pulau Madura. Kabupaten Sumenep sendiri mengandalkan moda transportasi laut untuk berbagai aktivitas mobilitas dan distribusi.

Baca Juga : Benarkah Air Hujan Dapat Dikonsumsi Hingga Dijadikan Obat? Ini Penjelasannya

"Atas alasan tersebut, kami berpikir untuk memadukan drone logistik medis ini dengan kapal laut dalam alur logistik last-mile delivery," tuturnya.

Dari situlah, Beehive Drones memutuskan untuk menjalin kolaborasi dengan Departemen Teknik Transportasi Laut ITS. Lelaki yang akrab disapa Gian ini menerangkan, ITS sebagai kampus maritim terbaik dianggap memiliki pemahaman yang lebih mumpuni mengenai moda transportasi laut.

Sementara itu, Ketua tim peneliti dari ITS Tri Achmadi memaparkan, penggunaan drone dapat memperluas layanan transportasi laut beyond port. Drone ini dapat difungsikan untuk tahap ruas pengiriman akhir langsung ke konsumen atau biasa disebut sebagai last-mile delivery untuk kebutuhan logistik dari kapal yang memiliki kemampuan mengangkut drone.

Manajer STP Kluster Inovasi Kemaritiman ITS ini menjelaskan drone tersebut memudahkan sistem logistik barang antarpulau tanpa mengharuskan kapal merapat di pelabuhan, disambung dengan pengiriman darat menggunakan truk.

"Di sini kita menghemat last-mile delivery, jadi konsepnya seperti aircraft carrier namun kita membawa drone," tutur dosen Departemen Teknik Transportasi Laut ini.

Tri menjelaskan, STP Kluster Inovasi Kemaritiman ITS dalam hal ini bertugas untuk mendesain sistem pengoperasian logistik melalui transportasi laut. Dalam uji coba tersebut, lanjutnya, sistem yang telah dirancang terbukti berhasil mengatasi pengoperasian multiple drone yang melakukan aktivitas bolak balik dari kapal.

Untuk kemampuannya Tri mengatakan bahwa drone logistik medis ini dapat terbang dengan kecepatan 70-100 kilometer per jam. Sementara itu, drone ini memiliki jarak terbang sampai 50 kilometer sekaligus membawa beban dengan berat maksimum 2 kilogram. "Total kita menargetkan akan dapat membawa logistik seberat 10 kilogram dengan lima drone," katanya.

 


(ADI)

Berita Terkait