MAGETAN : Alunan lagu Koes Plus memenuhi sebuah ruang tamu warga Lingkungan Kauman, Kelurahan/Kecamatan/Kabupaten Magetan. Bukan dari aplikasi musik ponsel pintar, namun dari sebuah piringan hitam. Si empunya rumah Yan Pieter Soplanit terlihat menikmati musik tersebut.
Pria 70 tahun itu memiliki Koleksi peringatan hitam lebih dari 200 buah. Meski usia alat musik ini puluhan tahun, sejak tahun 1955 masih bisa diputar dan berbunyi dengan sempurna. Ia mengaku sangat menyayanginya.
Hobby koleksi piringan hitam ini dimulainya dari orang tuanya yang juga hobby musik seperti laki laki Indonesia bagian timur lainya Ambon. Kemudian menurun ke – dirinya dan diteruskannya kepada dirinya hingga sekarang ini.
"Saat itu saya masih kelas 4 SD bakat musik dari almarhum ayah saya,” kata Yan.
Baca Juga : Lumpur Lapindo Jadi Incaran Sejak Abad 18, Ini Alasannya
Dirinya sempat menjalani les biola di Pegangsaan Tengah Jakarta saat itu, mendapat latihan biola dari berbagai guru baik Indonesia maupun guru dari luar negeri.
“Awalnya semua musik dan lagu kita dengar dari piringan hitam ini sebelum ada CD menorry card seperti sekarang ini. Selain 200 lebih piringan hitam saya juga alat pemutarnya empat buah berbagai merek,” terangnya.
Meski piringan hitam ini usia tua, perawatannya mudah. Tidak mudah rusak, hanya perlu dicuci dengan air dan detergen. Dia belum tertarik untuk menjual piringan hitam miliknya.
Dia memilih untuk mengoleksinya sendiri meski satu piringan hitam saat ini bila di pasaran harganya mencapai Rp1 juta. Didesak apabila ada kolektor yang membeli lebih mahal dirinya akan lihat lihat dulu.
“Saya lihat lihat dulu, apakah orangnya suka dan tau tentang piringan hitam. Jika tidak saya gak akan lepas nanti malah tidak terawat. Sayang dengan piringannya. Sebaiknya gak usah,” pungkasnya.
(ADI)