SURABAYA : Video viral penganiayaan seorang guru terhadap siswa SMP di Surabaya membuat kaget Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi. Eri bahkan mengunjungi sekolah tersebut untuk menegur langsung oknum guru itu. Informasi yang dihimpun, peristiwa penganiayaan itu terajadi di SMP Negeri 49 Kota Surabaya, pada Selasa 25 Januari 2022.
"Saya tidak ingin kejadian ini terulang lagi di Surabaya. Karena guru ini adalah orang tua maka otomatis ngemonge (membimbingnya) harus dengan kasih sayang," kata Wali Kota Eri, Sabtu 29 Januari 2022.
Wali Kota Eri kemudian memastikan, apabila hal itu tidak akan terulang kembali di Kota Surabaya. Sebab, jika hal itu terulang, maka ia akan berhadapan langsung dengan guru tersebut.
"Insya Allah tidak ada maksud guru ini sampai berlebihan, kadang yo onok kesele (iya ada capeknya). Maka, saya nyuwun tulung (minta tolong) dan saya titip menjaga anak-anak didik kita di sekolah. Karena mereka adalah calon pemimpin Bangsa dimasa depan," ujar dia.
Selanjutnya, terkait dengan sanksi yang akan diberikan kepada guru tersebut, Wali Kota Eri mengaku bila akan ada pemeriksaan dari Inspektorat. Namun, dia juga bersyukur bahwa guru yang telah melakukan kekerasan itu langsung menyampaikan permintaan maaf kepada siswanya, sebelum video tersebut beredar luas.
Baca Juga : Dispendik Sanksi Guru Pemukul Siswa SMP Surabaya
"Yaopo engko dilakoni bareng (bagaimana nanti, kita lewati bersama). Maka saya nyuwun tulung (minta tolong) dan saya titip kepada Kepala Sekolah dan para bapak ibu guru untuk menjaga anak didik kita ini," terang dia.
Ke depan, agar kejadian ini tidak terulang kembali, dia meminta Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya mengundang seluruh guru di Kota Pahlawan untuk diberikan penguatan. Bahkan, untuk memastikan para guru-guru ini memiliki integritas dalam mengajar, Wali Kota Eri meminta untuk mengadakan tes integritas kepada para guru.
"Kita lakukan mulai Senin nanti, kita lakukan untuk guru di Surabaya," kata dia.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini tak menampik, bahwa kejadian ini merupakan salah satu dampak dari pembelajaran via daring yang hampir dua tahun dilakukan. Hasilnya, semangat para murid dan guru menjadi berkurang.
"Kalau terlalu lama daring itu iya begini dampaknya. Maka, kalau PTM seperti ini harus disiplin untuk meningkatkan akhlak masing-masing anak," tuturnya.
Eri memahami bahwa setiap guru juga harus bisa meningkatkan akhlak setiap anak didiknya dan harus bisa mencegah anak-anak didiknya dari hal-hal buruk, seperti, narkoba dan pergaulan bebas.
"Ini tidak bisa diajarkan di mata pelajaran, tapi harus melakukan pendekatan dari hati ke hati agar menciptakan akhlakul karimah pada anak. Jadi 30 menit terakhir usai pelajaran, akan ada tambahan pelajaran non formal soal ini," katanya.
(ADI)