MALANG : Tak hanya buahnya, daun kersen juga memiliki banyak manfaat. Salah satunya adalah sebagai obat mempercepat penyembuhan sariawan. Obat ini dibuat Tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya, Malang Irfa A’innurizza Wildah Irsya bersama kedua rekannya, Linda Risalatul Muyasaraoh dan Shofi Ramadhani.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Indonesia terjadi kenaikan prevalensi penyakit gigi dan mulut dari tahun 2013 sampai 2018 yaitu sebesar 25,9 persen menjadi 57,6 persen.
"Stomatitis menjadi salah satu penyakit mulut terbesar ketiga di Indonesia dengan prevalensi 8 persen dan mencapai 5 sampai 60 persen dari populasi dunia," terang Irfa Minggu 27 September 2020
Stomatitis atau sariawan adalah lesi di mukosa mulut dengan gejala kambuhan berbentuk ovoid, berwarna kuning dan dikelilingi warna kemerahan. Penderita stomatitis tidak diketahui dengan pasti, namun berhubungan dengan faktor predisposisi seperti stres, hormon, alergi, infeksi bakteri dan virus.
“Nah, ternyata memiliki potensi untuk penyembuhan stomatitis,” terangnya.
Dia menjelaskan daun kersen atau Muntingia calabura L ini sangat kaya akan senyawa antiinflamasi, antibakteri, dan antioksidan. Hal ini dikarenakan ekstrak daun kersen mengandung senyawa seperti flavonoid, tanin, dan saponin. Obat topikal kortikosteroid dari bahan kimia dapat menimbulkan atrofi di mukosa mulut, resistensi obat dan kandidiasis oral.
“Oleh sebab itu, pemanfaatan obat herbal dari daun kersen menjadi potensi dalam menyediakan kandungan antiinflamasi yang tidak kalah baiknya dengan obat kortikosteroid berbahan kimia,” terangnya.
Bahkan, sumber data literatur menunjukkan bahwa penyembuhan stomatitis menggunakan daun kersen bisa lebih cepat. Pengolahan daun kersen dimulai dari ekstraksi menggunakan pelarut etanol dengan metode maserasi dan dibuat menjadi sediaan topikal nano gel.
Sediaan topikal gel dipilih karena mudah untuk diaplikasikan dalam rongga mulut dan muncul sensasi dingin di area mukosa. Formulasi nano digunakan untuk membuat difusi jalan obat lebih cepat sehingga akan mempercepat proses penyembuhan sariawan.
“Persiapan terobosan ini hanya dijalankan selama kurang lebih dua bulan. Namun, ke depannya kami akan melakukan riset lebih lanjut di laboratorium,” tutur Irfa.
(ADI)