PASURUAN: Blimbing wuluh biasanya hanya digunakan sebagai campuran bumbu masak. Namun di tangan ibu-ibu pengurus Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Pasuruan, buah berasa asam ini berubah menjadi cemilan manisan bercitra rasa unik.
Ide mengubah blimbing wuluh dari pelengkap bumbu masak menjadi camilan itu adalah Siti Chotimah, 45 tahun, pengurus cabang fatayat Bangil, warga kelurahan Pagak, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan.
Siti Chotimah mengatakan membuat cemilan manisan dari blimbing wuluh prosesnya lumayan memakan waktu. Awalnya buah blimbing wuluh yang telah dipetik dicuci dengan air mengalir.
Selesai dicuci, blimbing wuluh dimasukkan ke dalam rendaman air kapur sirih selama 12 jam. Selanjutnya blimbing wuluh diangkat dan dikeringkan.
“Untuk menghilangkan rasa asam, blimbing wuluh yang sudah kering dimasukkan ke dalam air mendidih yang telah dicampur gula manis selama 30 menit, “ terangnya.
Kemudian, blimbing wuluh diangkat dan didiamkan hingga 12 jam. Setelah itu, dimasukkan ke dalam oven selama kurang lebih 11 jam. Setelah itu, manisan blimbing wuluh sudah siap dikemas.
“Manisan blimbing yang sudah jadi kemudian dikemas didalam plastik ukuran 120 gram. Tiap kemasang di jual dengan harga Rp 10 ribu,“ ucapnya.
Manisan blimbing wuluh ini ternyata cukup digemarin. Bahkan, baru setahun dirintis sudah merambah ke sejumlah wilayah di luar Pasuruan. Diantaranya Surabaya, Jakarta hingga Pontianak. Omzet setiap bulannya mencapai kisaran Rp 2 juta hingga Rp 3 juta.
(TOM)