MALANG: Bocah korban pencabulan dan penganiayaan di Kota Malang, Jawa Timur, kini diawasi khusus Kementerian Sosial (Kemensos) melalui Pelayanan Sosial Petirahan Anak (PPSPA) Bima Sakti di Kota Batu.
Pendampingan terhadap korban diberikan oleh tim Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) Kemensos. Saat ini, kondisi psikologis korban dilaporkan semakin baik dan korban sudah bisa memberikan keterangan kepada penyidik Polresta Malang Kota.
"Alhamdulillah, kondisi psikologis korban lebih tenang sudah lebih bergembira. Kedekatan yang kami bangun tampaknya membawa hasil. Kami bersiap mendampingi korban untuk memberikan keterangan kepada penyidik," kata Sakti Peksos, Ajeng Rahayu Prastiwi, Jumat 26 November 2021.
BACA: Tiap Tahun, 2,5 Juta Ton Sampah di Jatim Tak Tertangani
Saat ini, tim pendamping dari Kemensos terus membangun kedekatan dengan korban. Serta memberikan penguatan sosial emosional kepada korban.
“Kami juga melakukan pendekatan persuasi dengan ibu korban dengan tujuan agar komunikasi dan hubungan emosional ibu-anak makin baik dan memperkuat motivasi anak menghadapi pemeriksaan,” kata Diamira, Pekerja Sosial dari Balai Antasena Magelang.
Dengan berbagai terapi, kini korban sudah bisa berkomunikasi dengan baik walau masih menyisakan trauma terhadap para pelaku. Korban juga mulai terbiasa dengan kedatangan orang yang ikut membantu dalam kasus ini. Meski demikian, korban masih mengeluhkan rasa sakit di kepala dan perut.
“Korban memerlukan waktu istirahat yang cukup dan pengobatan lebih lanjut. Saat ini dia telah merasakan kenyamanan di unit PPSPA Bima Sakti Kota Batu,” ujarnya.
Ia menyatakan, hasil asesmen juga menunjukkan, bocah malang itu memerlukan kebutuhan sehari-hari seperti perlengkapan belajar tas, sepatu, kaos kaki, alat tulis, buku bacaan, pakaian dalam, dan pakaian harian serta susu.
“Untuk kebutuhan pokok sehari-hari terhadap korban telah dipenuhi oleh pihak PPSPA Batu,” katanya.
Tim juga terus memberikan pendampingan terutama untuk mengurangi tekanan psikologis dan meningkatkan motivasi korban. Untuk mengurangi trauma, pendamping menggunakan beberapa teknik, berupa terapi permainan (play therapy).
Dalam teknik terapi permainan, Peksos dan psikolog mengajak klien bermain untuk meningkatkan keterampilan sosio-emosional yang dibutuhkan individu. Play therapy juga diharapkan menciptakan suasana bahagia dan siap beradaptasi.
“Kami juga memberikan penguatan motivasi keluarga. Termasuk tadi dengan mempertemukan dengan ibu korban. Dengan tujuan agar terjadi hubungan yang baik dan harmonis, sehingga menjadi lingkungan yang kondusif bagi korban,” kata Diamira.
(TOM)