SURABAYA : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat di wilayah Jawa Timur (Jatim) untuk mewaspadai ancaman kebakaran dan kekeringan. Imbauan itu disampaikan karena saat ini wilayah Indonesia telah memasuki masa kemarau dan hari tanpa hujan (HTH). Forecaster BMKG Juanda Surabaya, Rendy Irawadi mengatakan, hingga akhir Agustus 2021, 85 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau. Sejumlah wilayah di Indonesia juga akan mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH).
"Hal yang perlu diwaspadai adalah kebakaran dan kekeringan. Musim kemarau ini diprediksi terjadi hingga Oktober. Karena itu masyarakat juga perlu waspada adanya peningkatan kecepatan angin yang cukup signifikan, terutama di siang hingga sore hari," katanya, Kamis 26 Agustus 2021.
Untuk daerah padat penduduk atau perkotaan, Rendy menegaskan, sangat kecil penyebab kebakaran karena faktor suhu panas meningkat. Namun, suhu panas menjadi salah satu faktor membesarnya volume api. "Faktor suhu yang lebih tinggi menyebabkan biasanya kebakaran itu menjadi lebih cepat menyebar dan membesar daripada ketika musim penghujan," katanya.
Sementara itu, dalam rilis BMKG disebutkan, terdapat lima kabupaten atau kota di Jatim yang masuk kategori siaga kekeringan, di antaranya, Bangkalan, Banyuwangi, Bondowoso, Pamekasan dan Situbondo. Dampak kekeringan ini antara lain, berkurangnya persediaan air untuk rumah tangga dan pertanian serta meningkatnya potensi kebakaran semak, hutan, lahan dan perumahan.
BACA JUGA : Zona Merah di Jatim Tersisa 5 Daerah
"Terkait hal tersebut, kiranya informasi ini bisa dijadikan kewaspadaan dan pertimbangan untuk melakukan langkah mitigasi dampak ikutan dari kekeringan meteorologis," tulis BMKG dalam website resminya.
Waspada Cuaca Ekstrem
Tak hanya potensi kekeringan, BMKG juga mengimbau masyarakat waspada terhadap cuaca ekstrem. Diprediksi anomali iklim La Nina akan berpotensi terjadi pada Desember 2021. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengungkapkan dari parameter anomali iklim global di wilayah Indonesia akan berpotensi terjadi La Nina pada akhir tahun ini.
“Berdasarkan pemantauan parameter anomali iklim global oleh BMKG dan institusi-institusi internasional lainnya terdapat indikasi akan ada La Nina pada akhir tahun 2021,” ucap Dwikorita.
Pada tahun lalu, Indonesia juga terdampak dari anomali iklim La Nina di mana terjadi peningkatan curah hujan bahkan sampai 80 persen. "Terjadi peningkatan atau lonjakan aliran massa udara basah berasal dari Samudra Pasifik menuju ke perairan di Indonesia. Sehingga curah hujan di Indonesia berpotensi mengalami peningkatan,” tutur Dwikorita.
Dwikorita mengatakan pancaroba atau peralihan musim kemarau ke penghujan sudah mulai terjadi Agustus menuju September 2021. “Nah itu semua potensi menimbulkan cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai kilat dan petir angin puting beliung terutama di masa peralihan ya, sekitar saat ini Agustus menuju September ini,” pungkasnya.
(ADI)