Jatim, NTT, NTB Mulai Kekeringan Ekstrem Setelah Hampir 3 Bulan Tanpa Hujan

Arsip foto - Foto udara kawasan persawahan yang mengering di wilayah Lombok Timur, NTB, Rabu (12/6/2024). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/Spt/pri. Arsip foto - Foto udara kawasan persawahan yang mengering di wilayah Lombok Timur, NTB, Rabu (12/6/2024). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/Spt/pri.

Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa beberapa daerah di Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat mulai mengalami kekeringan ekstrem. Daerah tersebut hampir tiga bulan tanpa hujan.

Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, di Jakarta pada Rabu, 24 Juli 2024, menyatakan bahwa 18 kabupaten/kota dan puluhan kecamatan di ketiga provinsi tersebut mengalami kekeringan ekstrem akibat minimnya hujan.

BMKG menegaskan bahwa kondisi ini memerlukan tindakan mitigasi dan penanggulangan lintas sektor di tingkat pusat dan daerah untuk mengurangi dampak terhadap masyarakat.

Kekeringan ekstrem bisa menyebabkan potensi gagal panen, perubahan periode tanam, penurunan ketersediaan air bersih, dan peningkatan risiko kebakaran hutan dan lahan di NTB, NTT, dan Jatim.

BMKG mengharapkan peningkatan upaya mitigasi dan penanggulangan, terutama di sektor-sektor tersebut, setidaknya hingga September yang diperkirakan sebagai puncak musim kering tahun ini.

"Termasuk potensi gangguan kesehatan masyarakat salah satunya dari penyebaran penyakit demam berdarah juga perlu diperhatikan karena musim kering dapat meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk," kata Ardhasena dikutip dari Antara, 24 Rabu 2024.

Tim ahli klimatologi BMKG melaporkan hingga Sabtu (20/7) setidaknya ada lima kabupaten dan kota di NTT mengalami kekeringan ekstrem sejak akhir Mei 2024.

Lima wilayah tersebut adalah Kota Kupang (Kecamatan Kota Raja, Alak, Maulafa, Kota Lama, Oebobo, Kelapa Lima selama 92 hari tanpa hujan), Kabupaten Belu (Kecamatan Atambua Selatan selama 91 hari), Sumba Timur (Pandawai, Kahaungu Eti selama 89 hari tanpa hujan), Sabu Raijua (Sabu Barat, Hawu Mahera selama 76 hari), dan Kupang (Sulamu selama 64 hari).

Di NTB, tiga kabupaten dan kota tercatat mengalami kekeringan ekstrem yaitu Lombok Timur (Kecamatan Sambelia selama 88 hari tanpa hujan), Bima (Belo, Palibelo selama 85 hari), dan Dompu (Pajo selama 85 hari).

Di Jawa Timur, kekeringan melanda 10 kabupaten/kota, termasuk Kota Probolinggo, Jember, dan Kediri. Kemudian, Kabupaten Pasuruan, Situbondo, Banyuwangi, Blitar, Mojokerto, dan Tulungagung.

Musim kering juga melanda 45 persen zona musim Indonesia pada pertengahan Juli 2024. Daerah terdampak ialah sebagian Aceh, Sumatra Utara, Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua Selatan.


(SUR)

Berita Terkait