SITUBONDO : Ratusan petani kopi di Desa Curah Tatal dan Kayumas,Kecamatan Arjasa, Situbondo, Jawa Timur terancam merugi saat musim panen raya. Penyebabnya, petani kesulitan menjual hasil panennya lantaran perusahaan yang mengolah kopi masih tutup. Akibatnya, petani terpaksa menjual hasil panen kopi dengan harga rendah.
Agus Tiyono, salah satu pengepul yang juga sebagai ketua kelompok petani kopi mengatakan saat ini harga kopi gelondong atau masih dengan kulit dikisaran Rp 6 ribu per kilonya. Padahal tahun lalu harganya mencapai Rp 11 ribu. Kemudian untuk kopi yang sudah diproses menjadi biji kopi, tahun lalu dihargai Rp 27 ribu. Namum panen, saat pandemi ini justru hanya dikisaran harga Rp 19 ribu.
"Harga itu pun tak mesti langsung terjual. Sebab kami harus menunggu pengepul atau pabrik pengolah kopi. Sebab, saat ini banyak pabrik kopi masih tutup sehingga distribusi kopi ini terganggu," ungkapnya.
Untuk sementara para petani hanya menjual kopinya pada Agus, dengan jaminan kepercayaan yang mana harga juga belum ditentukan. Dalam kondisi ini, Agus berharap peran pemerintah agar melakukan bantuan untuk mengatasi kesulitan pemasaran kopi.
"Saat harga kopi anjlok pemerintah membeli kopi rakyat agar petani kopi kembali bangkit dan tak menanggung kerugian lebih besar," terangnya.
Dia mengatakan untuk panen awal ini saja, kopi-kopi rakyat belum dapat terserap penuh. Sebab, Agus juga masih kebingungan kemana ia akan menjual kopi-kopi milik petani ini. Sementara dari kelompok petani ini, pihaknya juga meminjamkan kredit lunak mencapai Rp 1 miliar.
Dia mengatakan omset penjualan kopi ini cukup besar, tahun lalu untuk satu dusun saja ia bisa memperoleh omset hingga Rp 15 miliar. Sedangkan, untuk Desa Kayumas dan Curah Tatal, omsetnya mencapai Rp 57 miliar.
(ADI)