Adalah Elis Nurhayati, warga Desa Nguruhan, Kecamatan Soko, Tuban. Perempuan ini mampu mengolah gedebog menjadi beraneka ragam camilan. Menurut Elis, usaha ini didirikan sejak tahun 2018 lalu. Berawal dari keresahannya melihat gedebog yang berserakan lantaran hanya diambil buahnya saja.
Dari situlah, Elis mencoba bereksperimen untuk mencari tahu bagaimana cara memanfaatkan gedebog tersebut. Awal melakukan uji coba, Elis mengambil semua sampel gedebog yang sudah diambil buahnya. Dari beberapa percobaan yang dilakukan, hanya gedebog pisang jenis kepok atau pisang bangil saja yang cocok untuk diolah menjadi keripik.
"Saya dibantu ibu untuk membuat keripik dari gedebog pisang ini," katanya.
Baca Juga : Mengapa Nasi Putih Panas Lebih Tinggi Gula? Ini Jawabannya
Setelah uji cobanya berhasil, mulai saat itulah Elis menjalankan bisnis keripik gedebog ini dengan label Saeku. Saat ini, Elis sudah memiliki rumah produksi sendiri dengan sepuluh pegawai, lengkap dengan berbagai macam peralatan berproduksi. Sebelumnya, Elis hanya bersama ibunya saja dan menempati rumah pribadinya untuk berproduksi keripik gedebog.
"Alhamdulillah sekarang banyak pesanan, banyak yang suka sehingga produksi lebih besar," katanya.
Saat itu setiap bulannya usaha keripik gedebog Elis ini sudah mampu meraup penghasilan antara Rp15 sampai Rp20 juta. Tak hanya pasar lokal, keripik Saeku tembus ke manca negera. Mulai dari Malaysia, Singapura hingga Turki. Namun karena adanya pandemi, penjualan keripik limbah ini hanya mengandalkan reseller dari supermarket dan online.
"Kondisi pandemi covid-19 juga membuat omzet mengalami penurunan hingga 20 persen," katanya.
Cara Mengolah Gedebog
Elis menjelaskan cara mengolah limbah batang pohon pisang menjadi keripik lezat ini adalah direndam terlebih dahulu dengan air kapur selama satu hari satu malam. Setelah itu diangkat untuk ditiriskan. Kemudian dicuci bersih lalu digoreng dengan tepung yang sudah dilengkapi dengan resep dan bumbu.
"Setelah itu masuk ke proses pengemasan, sebelum akhirnya siap diedar dan dijual belikan di pasaran," katanya.
Sementara untuk penjualan hasil kerajinan keripik gedebog dibanderol bervariasi. Mulai dari Rp50 ribu hingga Rp100 ribu per kilogramnya. Harga bergantung pada ukuran besar dan kecilnya kemasan. Meski produksinya sudah dikenal, namun Elis tetap berharap kepada pemerintah untuk dapatnya memberikan satu solusi kepada para pelaku UMKM di tengah masa pandemi covid-19.
"Sehingga program pemerintah dalam percepatan pemulihan ekonomi bisa segera terealisasi," pungkasnya.
(ADI)