SURABAYA : Pandemi covid-19 dijadikan pembahasan dalam Forum Mahasiswa Kesehatan Internasional Nunimal (Nursing and Midwifery International) Student Forum, Sabtu 24 Juli 2021. Forum yang diiniasi mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dijadikan momentum untuk berbagi pengalaman terkait upaya penanganan covid-19 di sejumlah negara.
Forum mahasiswa bertema How The World Change as a Response to covid-19 itu diikuti lebih dari 800 mahasiswa dari 16 perguruan tinggi. Termasuk dari luar negeri mulai Filipina, Taiwan, Malaysia dan Timor Leste. Kekgiatamn ini menghadirkan lima pembicara, masing-masing Dr Sonia Reisenhofer dari La Trobe University Australia, Tomoko Hasegawa dari University Fukui, Jepang, Dr. Duangporn Piyakong dari Naresuan University Thailand, dan M.Muslih, kandidat doktor dari Taipe Medical University, Taiwan, serta Ika Mardiyanti, dari Unusa.
Tak berbeda jauh dengan apa yang terjadi di Indonesia, di Australia, kata Sonia Reisenhofer, masalah informasi yang beredar di internet juga perlu disaring, karena banyak pula yang informasinya hoaks. Kini kondisi di Australia sedang menggalakkan kegiatan vaksinasi untuk semua warga.
"Tenaga kesehatan menjadi ujung tombak dalam upaya vaksinasi warga," katanya.
BACA JUGA : Jaga Kesehatan Jasmani dan Rohani Anak di Tengah Pandemi, Berikut Tipsnya
Sementara Dr. Duangporn Piyakong dari Thailand menjelaskan, beberapa hal yang dijalankan di Indonesia seperti menjaga jarak, menggunakan masker, mencuci tangan, dan pemeriksaan suhu tubuh, juga dilakukan di Thailand. "Selain itu Thailand menggunakan metode preparation, responding, coping, and recovery untuk menangani virus covid-19," ungkapnya.
Sedangkan Tomoko Hasegawa menjelaskan, Jepang begitu peduli terhadap para tenaga kesehatan (nakes), karena itu penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menjadi salah satu cara negeri sakura itu dalam melindungi tenaga kesehatan. Untuk melakukan rekam medis, klinik di perguruan tinggi Tomoko Hasegawa melakukannya secara elektronik. Ini dilakukan untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam menginput rekaman kesehatan pasien sekaligus melindungi tenaga kesehatan dan mempercepat pekerjaan perawat.
"Kami menggunakan alat yang dapat mencatat rekam medik dari pasien, sehingga dapat memudahkan perawat dalam menangani pasien. Program ini mencatat betul rekam medik pasien secara digital jadi penanganan dapat lebih baik lagi," terangnya.
Sementara itu, Rektor Unusa, Prof Dr Ir Achmad Jazidie mengatakan, kegiatan yang baru pertama digelar mahasiswa FKK berskala internasional ini merupakan sebuah langkah maju bagi Unusa. Kegiatan dalam bentuk berbagi pengalaman ini bisa menambah wawasan bagi para mahasiswa tentang bagaimana negara lain dalam menangani pandemi serta bagaimana proses pembelajaran berlangsung di sana, katanya.
Menurut Jazidie, pengalaman-pengalaman yang dilakukan di negera-negara tersebut bisa dijadikan contoh tentang keberhasilan mereka dalam menangani pandemi covid-19. "Melalui kegiatan ini saya berharap mahasiswa juga dosen bisa terpacu untuk belajar hal-hal yang positif terkait dengan upaya penanganan pandemi covid-19," tandasnya.
(ADI)