Inovatif, Mahasiswa UB Ubah Limbah Makanan Jadi Pupuk dan Penangkal Hama Tanaman

Abdillah Amirul Saleh, Alya Shofiya, dan Erik Wahyuni menciptakan pupuk bio-organik (Foto / istimewa) Abdillah Amirul Saleh, Alya Shofiya, dan Erik Wahyuni menciptakan pupuk bio-organik (Foto / istimewa)

MALANG : Tiga mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) berinovasi mengubah limbah makanan dan peternakan jadi pupuk bio-organik. Selain menyuburkan tanaman, pupuk kreasi mahasiswa Fakultas Pertanian (FP) UB ini juga mampu mengatasi penyakit pada tanaman. Pupuk bio-organik dibuat dengan campuran konsorsium rizobakteri bernama Bioscap.

"Pupuk ini dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman sebesar 11-22 persen, dilihat berdasarkan jumlah daun, tinggi tanaman dan jumlah cabang," kata anggota tim Alya Shofiya, Rabu 15 September 2021.  

Selain itu, pupuk Bioscap dapat berperan sebagai bioprotektan dan biostimulan yang dapat menekan dan menghambat intensitas serangan penyakit. "Pupuk ini telah diuji pada tanaman kedelai yang terinfeksi penyakit Soybean Mosaic Virus (SMV) dan berhasil," katanya.

BACA JUGA : Inovatif, Mahasiswa UB Ciptakan Peta Digital untuk Penyandang Tunanetra

Alya mengatakan, SMV dapat menurunkan produktivitas tanaman sebesar 25,48 persen hingga 93,84 persen. Penggunaan pupuk Bioscap terbukti mampu menekan intensitas penyakit SMV dan meningkatkan produktivitas kedelai. Sementara itu Ketua tim Abdillah Amirul Saleh menyampaikan, bila pupuk ini juga difungsikan sebagai solusi petani mengatasi penyakit di tanaman.

"Melalui penemuan ini, diharapkan pupuk ini mampu menjadi solusi bagi petani untuk mengatasi penyakit pada tanaman, khususnya soybean mosaic virus pada kedelai," katanya.

Inovasi tersebut dilatarbelakangi banyaknya limbah makanan dan peternakan yang semakin menumpuk di tempat pembuangan akhir. Limbah tersebut belum dimanfaatkan dengan optimal, seperti cangkang telur, kulit pisang, dan bio-slurry. Menurut data BPS, produksi cangkang telur di Indonesia mencapai 4.753.382 ton dan produksi kulit pisang di Indonesia mencapai 4.368.394 ton.

Sedangkan bio-slurry merupakan limbah sisa pengolahan biogas yang jarang dimanfaatkan dan hanya menumpuk di dalam septic tank. Padahal limbah-limbah organik tersebut memiliki manfaat dan potensi dijadikan pupuk yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Dari sanalah akhirnya ketiga mahasiswa FP UB yakni Abdillah Amirul Saleh, Alya Shofiya, dan Erik Wahyuni menciptakan pupuk bio-organik.

Alya menambahkan, penggunaan cangkang telur dapat sebagai sumber kalsum (Ca) dan magnesium (Mg) yang tinggi, kulit pisang dapat sebagai sumber Kalium (K), dan bio-slurry sebagai sumber Nitrogen (N), fosfor (P), dan Kalium (K). "Selain itu, BIOSCAP juga mengandung mikroorganisme menguntungkan yaitu Bacillus sp., Pseudomonas sp., Azotobacter sp., Azospirillum sp., dan Aspergillus niger yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produktivitas pertumbuhan," pungkasnya.

 


(ADI)

Berita Terkait