Kekeringan Diprediksi Terjadi pada Semester Kedua 2023, BMKG Minta Optimalkan Gerakan Panen Air Hujan

Warga antre mendapatkan jatah air bersih (Foto / Metro TV) Warga antre mendapatkan jatah air bersih (Foto / Metro TV)

JAKARTA : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut 50-60 persen fenomena El Nino berpotensi terjadi pada semester dua 2023. Pemerintah pusat maupun di daerah diminta mewaspadai risiko bencana kekeringan. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan La Nina diprediksi segera beralih ke fase netral pada periode Maret 2023 dan bertahan hingga semester pertama 2023.

"Sedangkan pada semester kedua, terdapat peluang sebesar 50-60 persen bahwa kondisi netral akan beralih menuju fase El Nino," kata Dwikorita, Minggu 26 Maret 2023.  

Dia mengatakan El Nino umumnya memberikan dampak berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia dan berpotensi menimbulkan kekeringan. Dwikorita mengimbau kementerian/lembaga, pemerintah daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang mengalami sifat musim kemarau bawah normal atau lebih kering dibanding biasanya.

"Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan serta kekurangan air bersih," tuturnya.

baca juga : Hindari Kemacetan, Cuti Bersama Mudik Lebaran Dimajukan

Dia mengatakan situasi itu memerlukan aksi mitigasi secara komprehensif untuk mengantisipasi dampak musim kemarau yang diperkirakan akan jauh lebih kering dari 3 tahun terakhir. Pemerintah daerah dan masyarakat diminta lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan. Dwikorita juga menyampaikan puncak musim kemarau pada 2023 diprediksi terjadi bulan Agustus.

Menurut dia, 289 ZOM (zona musim) atau sejumlah 41 persen wilayah memasuki musim kemarau lebih awal dari normalnya, 200 ZOM atau 29 persen wilayah memasuki musim kemarau sesuai normalnya, dan 95 ZOM atau 14 wilayah memasuki musim kemarau lebih lambat dari normalnya. Wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih awal pada April 2023 meliputi Bali, NTB, NTT, dan sebagian besar Jawa Timur.

Sedangkan wilayah yang memasuki musim kemarau pada Mei 2023 meliputi sebagian besar Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagian besar Jawa Barat, sebagian besar Banten, sebagian Pulau Sumatera bagian selatan, dan Papua bagian selatan.

Sementara itu, wilayah yang baru memasuki musim kemarau pada Juni 2023 meliputi Jakarta, sebagian kecil Pulau Jawa, sebagian besar Sumatra Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, sebagian besar Riau, sebagian besar Sumatera Barat, sebagian Pulau Kalimantan bagian selatan, dan sebagian besar Pulau Sulawesi bagian utara.

 


(ADI)

Berita Terkait