Miris, 3 SDN di Ponorogo Cuma Dapat Satu Siswa

Ataya, satu-satunya siswa kelas satu  di SDN I Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Ponorogo/metrotv Ataya, satu-satunya siswa kelas satu di SDN I Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Ponorogo/metrotv

PONOROGO: Memasuki tahun ajaran baru 2022, tiga Sekolah Dasar Negeri di Ponorogo, Jawa Timur, masing-masing hanya memperoleh satu siswa. Meski hanya satu siswa,  pihak sekolah tetap melangsungkan kegiatan belajar mengajar seperti biasa.

Salah satunya adalah SD Negeri I Ngrogung, Kecamatan Ngebel. Pada tahun ajaran baru 2022 ini, SDN 1 Ngrogung hanya memperoleh satu peserta didik. Tahun lalu, sekolah ini juga hanya mendapatkan enam siswa.

Adalah, Ataya Masyita Widiyaning Tiyas, satu-satunya siswa yang mendaftar di sekolahan ini. Sejak sekolah mulai masuk beberapa waktu lalu, Ataya setiap hari belajar seorang diri di dalam kelas, didampingi oleh gurunya. Tidak tampak sedikitpun rasa takut atau minder, Ataya justru kelihatan semangat dalam belajar.

"Senang, masih ada Bu Guru yang nemani belajar, " ucap Ataya.

BACA: Korban Eksploitasi Anak di Sekolah SPI Batu Bertambah Jadi 14 Orang

Menurut keterangan guru kelas, minimnya siswa yang mendaftar di sekolah tersebut dikarenakan jumlah anak usia sekolah di lingkungan sekitar juga sangat sedikit. Yakni hanya ada empat orang anak.

"Sementara di Desa Ngrogung sendiri terdapat tiga sekolah dasar. Kami  masih berupaya mencari tambahan jumlah peserta didik" ujar Nur setiyowati, guru kelas satu.

Sementara itu, data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo, terdapat tiga sekolah dasar negeri yang masing-masing hanya memperoleh satu orang siswa. Diantaranya, SDN Jalen, Kecamatan Balong, SDN Bringinan kecamatan Jambon, dan SDN 1 Ngrogung, Kecamatan Ngebel.

Menurut Soiran, Sekertaris Panitia PPDB Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo, jika tetap hanya memperoleh satu siswa, maka disarankan wali murid maupun pihak sekolah agar bergabung dengan sekolah lain terdekat.

"Dikarenakan syarat tercatat pada DAPODIK minimal harus ada tiga orang peserta didik, " ujarnya.

Selain tiga sekolah yang memperoleh satu peserta didik, belasan sekolah lain juga mengalami kekurangan siswa, yakni masing-masing hanya mendapatkan dua orang siswa. Latar belakang persaingan dengan sekolah swasta juga menjadi salah satu penyebab minimnya pendaftaran di SD Negeri.

 


(TOM)

Berita Terkait