PONOROGO: Seorang petani di Ponorogo, Jawa Timur bercocok tanam porang dengan cara tak lazim. Salah satunya memakai racikan pupuk berbahan air kencing (urin) kelinci. Lho?
Sekilas, lahan pembibitan porang milik Fendi Sukatmanto, warga Kelurahan Purbosuman, Kecamatan Ponorogo. Pria berusia 50 tahun ini setiap hari sibuk membuat bibit porang bersama dua pekerjanya.
Namun ada sedikit perbedaan cara pembibitan porang yang dilakukan Fendi dengan para petani porang umumnya. Jika biasanya para petani menanam porang dari umbi atau kataknya, namun yang dilakukan Fendi menanam porang dari umbi yang dipotong-potong.
Meski terbilang tidak lazim, namun buktinya porang dapat tumbu, banhkan subur. Kuncinya adalah pemberian nutrisi yang tepat pada tanaman. Fendi memanfaatkan pupuk organik dari urin kelinci yang difermentasi dengan berbagai bahan.
BACA: Masih Imut, Gadis Asal Malang Jadi Sarjana Termuda ITS
"Urin kelinci dipilih karena terdapat banyak unsur hara didalamnya. Terutama nitrogen. Nitrogen sendiri berguna untuk mempercepat pertumbuhan akar, batang dan juga daun pada tanaman, " bebernya.
Fendi mengaku memanfaatkan urin kelinci sebagai pupuk organik ini sejak 2012 lalu. Urin kelinci didapatkannya dari para peternak di Ponorogo. Rata-rata 2.000 hingga 3.000 liter perbulan.
"Selain diaplikasikan untuk tanaman porang, pupuk organik dari urin kelinci tersebut juga saya jual ke para petani sekitar, " ujarnya.
Sementara salah seorang peternak kelinci, Sugiarto bersyukur dengan pemakaian urin kelinci sebagai pupuk karena bisa mendapatkan pemasukan.
Apalagi, sejak masa pandemi covid-19 permintaan daging kelinci menurun drastis imbas kebijakan penutupan kawasan obyek wisata yang menjadi pasar utama perdagangan daging kelinci.
"Bersyukur, saat lesunya permintaan pasar untuk daging kelinci kami menjual urin kelinci. Harganya Rp 1.500 tiap liter. Petani tanamannya juga subur," ujarnya
(TOM)