LAMONGAN: Menyandang status sebagai penyumbang produksi padi terbesar di Jawa Timur, namun petani di Kabupaten Lamongan masih belum bisa tersenyum. Sebab, biaya lebih besar harus dikeluarkan lantaran pupuk bersubsidi langka.
Kondisi ini terlihat di Desa Sukosongo, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan. Salah satu petani, Rohikan sejak pagi sudah terlihat mulai mempersiapkan peralatan bertani serta menyiapkan pupuk untuk proses pemupukan yang berimbang.
Rohikan menyambangi lahan padinya agar bisa diawasi proses tumbuh kembangnya. Ini dilakukan setiap hari agar menghasilkan padi yang berkualitas. Namun, di tengah musim bertanam yang bagus buat padi, para petani dihantui sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi.
"Untuk menanam padi sekarang musim bagus. Namun namun pupuk bersubsidi susah di dapat. Terkadang dirinya harus membeli pupuk non subsidi yang harganya bisa dua kali lipat lebih mahal, " keluhnya.
Hal senada juga dicuapkan petani lainnya, Akwan. Menurutnya, pupuk subsidi sangat sulit didapat. Per hektar hanya dijatah 1 paket, yani urea phonska organik dengan harga Rp 250 ribu.
"Sebenarnya meski harga pupuk naik tidak masalah. Asalkan pasokannya mudah didapat dan setelah pasca panen harganya bisa stabil. Karena kita ingin kualitas padi juga baik, " harapnya.
Sementara Ketua Kelompok Tani Nur Mustofa Desa Sukosongo mengatakan saat ini petani yang membutuhkan pupuk harus mengajukan RDKK terlebih dalu.
"Setelah mengajukan, itupun tidak seluruhnya didapatkan karena keterbatasan alokasi pupuk bersubsidi yang disiapkan oleh pemerintah, " ujarnya.
Selain langka, harga pupuk bersubsidi saat ini sebenarnya juga sudah ada kenaikan. Untuk urea dari harga 95 ribu, sekarang menjadi Rp 112.500. Kemudian pupuk za dari Rp 75 ribu menjadi Rp 85 ribu. Sementara phonska harga tetap, Rp 115 ribu.
"Kami berharap pemerintah tidak membatasi alokasi pupuk yang dibutuhkan oleh petani. Sebab dimusim tanam kali ini para petani sangat menderita. Disamping banyaknya hama tikus yang sulit dikendalikan serta kesulitan mendapatkan pasokan pupuk, " ucap Ahmad Zainal Arifin, Kepala Desa Sukosongo.
Jika pupuk bagi petani tersedia, Kabupaten Lamongan bisa mempertahankan diri menjadi kabupaten yang berhasil menjadi daerah penghasil komoditas padi tertinggi di Jawa Timur. Pada tahun 2020, produksi padi di Lamongan mencapai 0,87 juta ton.
(TOM)