Mengintip Bahan, Pembuatan, Martabak Mie di Karangmenjangan

Jajanan martabak mie laris-manis diburu pembeli menjelang berbuka puasa (Foto / Yuan / Clicks.id) Jajanan martabak mie laris-manis diburu pembeli menjelang berbuka puasa (Foto / Yuan / Clicks.id)

SURABAYA : Bagi warga Kota Surabaya, tak susah mencari Martabak Mie untuk hidangan berbuka puasa Ramadan. Sebab, kuliner asal Pulau Madura ini, sering dijual di setiap pasar tradisional. Bahkan, hampir setiap persimpangan, selalu ada yang menjajakannya.

Seperti di bazar Ramadan di sepanjang Jalan Karangmenjangan, atau tepatnya dibalik RSUD Dr.Soetomo Surabaya. Disana, beragam kuliner ringan hingga berat berbanjar dari sisi utara hingga ke selatan.

Namun, yang paling menggugah selera adalah Martabak Mie. Saat mendatangi lapak yang sangat sederhana, beralas koran dan meja berukuran 1x3 meter, jajan khas Pulau Garam itu masih fresh.

Penjual Martabak Mie Karangmenjangan, Siti Rokhayah mengaku sengaja memamerkan proses pembuatan dan menjualnya langsung kepada konsumen. Selain efektif dan efisien untuk mempersingkat waktu, konsumen yang penasaran juga bisa melihat proses pembuatannya secara langsung.

"Biar tidak mondar-mandir ke rumah ambil adonan. Kalau jadi satu disini kan enak, tinggal meladeni pembeli saja kalau ada yang datang," katanya.

Siti mengungkapkan, bahan yang digunakan sangat sederhana dan mudah dijumpai di seluruh pasar. Mulai dari telur, air mineral, bihun, tepung terigu, hingga garam dan wortel.

Mulanya, Siti membuat adonan kulit dari tepung terigu yang sudah diracik sedemikian rupa dalam wajan. Setelah itu, Siti mencampurkan rebusan bihun yang sudah dicampur sayuran dan bumbu-bumbu khusus ke dalam kulit itu.

Kulit dan bihun itu lalu dilipat berbentuk segitiga. Sebelum digoreng, ia mengoleskan putih telur ke beberapa sisi kulit agar lebih rapat saat masuk ke dalam minyak panas.

Siti mengaku sudah puluhan tahun berjualan di lokasi yang sama. Omsetnya pun fluktuatif, tergantung durasi buka, arus lalu lintas, dan momen-momen tertentu seperti Ramadan kali ini.

Saat Ramadan, Siti mengaku omsetnya hampir sama dengan hari--hari biasanya. Namun, ia hanya berdagang saat sore hari menjelang berbuka saja. Pada hari biasa, ia berjualan pada pagi hari.

"Hari biasa bukanya pagi, kalau Ramadan hanya sore hari. Omsetnya rata-rata hampir sama lah seperti hari biasa, Rp 200.000 - Rp 300.000 per hari)," terangnya.

Selain menjajakan martabak mie, wanita berusia 35 tahun itu juga menjual aneka gorengan lainnya. Mulai dari kucur, tahu isi, sampai ote-ote. Harganya sangat murah, yakni Rp 1000 per bijinya.


(ADI)

Berita Terkait