MALANG : Hotel Shalimar di Kota Malang kini banyak dikunjungi wisatawan setelah kisah masa lalunya viral di medsos. Selain arsitektur bangunan bergaya kolonial belanda khas. Sejarah hotel ini sempat menjadi markas perkumpulan ekslusif freemason.
Dari alun-alun Tugu Kota Malang, hotel Shalimar dapat ditempuh dengan berkendara selama 10 menit ke arah barat, tepatnya di Jalan Raya Cerme – Klojen. Bangunan berwarna putih ini dibangun pada tahun 1930-an oleh seorang arsitek mulder, menggunakan gaya nieuwe bouwen yang menonjolkan bentuk kubus dan beratap lurus.
Di awal penggunaannya, bangunan ini dimanfaatkan para petinggi kolonial belanda sebagai tenpat dansa rapat serta pertemuan terbatas. Salah satu kelompok yang menggunakannya adalah gerakan freemason dan menjadikannya sebagai markas besar.
Freemason sendiri merupakan sebuah perkumpulan ekslusif beranggotakan 6 juta orang lebih di seluruh dunia. Organisasi berlambang huruf “g” besar dikelilingi simbol jangka dan mistar siku ini bukanlah organisasi agama ataupun berdasar teologi tertentu.
Secara terminologi, freemason berasal dari bahasa prancis “macon” yang berarti tukang batu. Tujuan utama mereka menjalin persaudaraan dan pengertian bersama terhadap kebebasan berpikir dengan standar moral tinggi.
Sempat berfungsi sebagai kantor penyiaran Radio Republik Indonesia (RRI) medio 1960-an hingga 1993, bangunan bersejarah dan berstatus cagar budaya ini kini menjadi hotel dan dikelola pihak swasta.
Pihak pengelola masih menjaga keaslian bangunan luar serta interior hotel seperti penggunaannya di zaman penjajahan belanda. Meski simbol freemason di depan bangunan sudah diturunkan, para wisatawan yang berkunjung masih dapat menikmatinya melalui foto repro yang banyak dipajang di sepanjang tembok hotel.
"Meski dikelola swasta, namun ini aset sejarah sehingga sangat sayang jika tak terawat atau justru dirusak. Kami berkomitmen akan menjaga keasliannya," kata Manajer Hotel Shamilar, Agoes Basoeki.
Meski tidak seramai lokasi wisata pada umumnya, setiap hari ada saja pengunjung yang datang berswafoto di sudut-sudut bersejarah hotel. Kesempatan itu juga dijadikan pembelajaran sejarah gedung kepada pemandu yang disediakan secara khusus oleh pihak pengelola.
"Kami membuka lebar pintu bagi warga serta wisatawan belajar tentang sejarah budaya dan pergerakan organisasi besar dunia yang berkembang di Indonesia," tandasnya.
Menurut wisatawan, Wilda Fizriyani keberadaan hotel bercerita sejarah seperti ini memberikan kesempatan bagi mereka belajar tentang sejarah bangsa.
"Tempatnya asyik dan unik. Selain belajar sejarah, sudut-sudut gedung ini juga artistik dan instagramable," katanya.
(ADI)