SURABAYA: Membantu mengatasi krisis oksigen di Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) membuat alat konsentrator oksigen bernama Oxygen Concentrator ITS (OXITS).
"OXITS dapat mengganti peran tabung oksigen kini menjadi barang langka sejak melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia. OXITS diharapkan dapat memenuhi kebutuhan oksigen masyarakat luas," ujar Rektor ITS Prof. Mochamad Ashari.
Sementara Ketua Tim Riset OXITS Fadlilatul Taufany menjelaskan saturasi oksigen yang rendah dalam darah pasien positif Covid-19, membuat mereka membutuhkan pasokan oksigen berkonsentrasi tinggi. Padahal kadar oksigen di udara hanya berkisar 21 persen.
"OXITS ini dapat menghasilkan oksigen murni hingga 95,5 persen," papar Taufany yang juga menjabat Kepala Sub Direktorat Riset dan Publikasi Ilmiah Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS.
BACA: Lewat Heksama Card, Mahasiswa Unusa Ajak Belajar Sambil Bermain
Lebih lanjut, dosen Departemen Teknik Kimia ITS ini menambahkan bahwa selain oksigen, udara bebas juga mengandung nitrogen sekitar 78 persen dan sisanya gas-gas lain.
"Prinsip kerja OXITS adalah mengambil udara bebas dan memurnikannya dari kandungan nitrogen melalui teknologi pressure swing adsorption (PSA)," ujarnya.
Dijelaskan Taufany, udara yang diserap oleh OXITS akan melalui filter terlebih dahulu guna menyaring partikel berukuran lebih dari 5 mikron.
Selanjutnya udara akan dikompresi untuk meningkatkan tekanan udara. Selama proses kompresi, mekanisme pendingin terus berjalan agar menjaga konsentrator dari overheating dan meningkatkan performa PSA," bebernya.
Kemudian, lanjut Taufany, nitrogen yang terkandung dalam udara akan diserap oleh filter zeolite untuk memurnikan udara. Terdapat dua unit kolom yang bekerja secara bergantian, yaitu kolom untuk menyerap nitrogen dan kolom yang mengeluarkan nitrogen yang terperangkap di zeolit. Zeolit pada OXITS ini dapat digunakan dalam jangka panjang.
"Udara yang telah bebas dari kandungan nitrogen akan disesuaikan dan diatur terlebih dahulu tekanan dan flow-nya dengan elektronik yang ada sebelum oksigen dialirkan. Inovasi OXITS telah sesuai dengan standar kesehatan WHO dan UNICEF," pungkas Alumnus National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) ini.
(TOM)