Jeritan Pembatik Sidomukti Magetan, Sudah 2 Bulan Dirumahkan

Sutikno, salah satu pengusaha batik Sidomukti Magetan terpaksa merumahkan pekerjanya. (metrotv) Sutikno, salah satu pengusaha batik Sidomukti Magetan terpaksa merumahkan pekerjanya. (metrotv)

MAGETAN: Dampak pandemi covid-19 sangat dirasakan bagi para pemilik usaha batik Sidomukti di Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Saat ini mereka terpaksa merumahkan ratusan pekerja batik karena sepinya order.

Ratusan pekerja batik yang ada di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan sudah dirumahkan sejak beberapa bulan lalu. Harapan bangkit makin sulit saat pemberlakukan PPKM Darurat. Kini Nasib batik Sidomukti khas Magetan Jawa Timur saat pandemi covid-19 ini semakin memudar.

Salah satunya  dialami kelompok pembatik Bumdes Sidomukti di kantor Balai Desa Sidomukti. Hanya tampak beberapa pekerjan yang masih beraktifitas. Sementara lainnya sudah di rumahkan.

Lisa Amalia, pekerja batik Sidomukti mengaku bersama ratusan pembatik lainya sudah di rumahkan sejak dua bulan lalu akibat dampak covid-19. Harapan kembali bekerja pupus setelah diterapkannya kembali PPKM Darurat.

"Hampir semuanya sudah dirumahkan sejak dua bulan lalu. Sekarang bertambah susah lagi karena PPKM Darurat, tidak tahu kapan bisa membantik dan bekerja lagi, " keluhnya.

Sebelumnya, Lisa Amalia bersama pembatik lainya mampu membatik berbagai jenis motif batik sekitar dua ratus hingga tiga ratus batik yang siap di jual ke para pembeli atau pemesan dari Magetan maupun dari luar daerh, seperti Surabaya dan Jakarta.

Berbagai jenis motif di produksi di tempat pembatik ini. Mulai batik motif parang kusumo, kawung, merak, kaswari khas Sidomukti dan batik semar, maupun motif batik lainya termasuk pring sedapur.

Setiap satu kain batik asli Desa Sidomukti ini biasa dijual mulai harga RP 160 ribu  hingga Rp 300 ribu. Tinggal motif dan tingkat kesulitan juga warnanya.

Salah satu pengusaha batik, Sutikno mengatakan saat ini kondisi para pengusaha batik di Magetan sudah kembang-kempis akibat terdampak covid-19.  Mereka terpaksa merumahkan ratusan para pembatik hingga batas waktu yang belum dapat di pastikan.

"Kami minta kebijakan pemerintah yang memberlakukan PPKM Darurat maupun kebijakan lainya untuk memutus mata rantai penyebaran virus covid-19 jangan sampai merugikan usaha ini, " harapnya.


(TOM)

Berita Terkait