BLITAR : Tutupnya pabrik rokok Apache di Kota Blitar menyita perhatian. Pasalnya, pabrik rokok terbesar di Blitar dengan 800an karyawan itu gulung tikar setelah 13 tahun beroperasi. Kondisi ekonomi kurang bagus membuat pabrik yang berdiri Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar ini tak lagi mampu memenuhi target produksinya hingga harus terpaksa ditutup.
Berikut 4 fakta tutupnya pabrik Rokok Apache di Kota Blitar yang dihimpun dari berbagai sumber :
1. Tutup mulai 29 Agustus 2022
Perwakilan Japan Tobacco International (JTI), selaku perusahaan yang membawahi Pabrik Rokok Apache, Putri Sasongko mengatakan penutupan pabrik rokok di Kota Blitar dilakukan mulai 29 Agustus 2022. Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi UKM dan Tenaga Kerja Kota Blitar, Juyanto mengatakan sudah diundang oleh menajemen pabrik terkait dampak penutupan pabrik rokok tersebut terhadap karyawan.
"Sekitar seminggu lalu, kami diundang pihak manajemen pabrik, intinya menyampaikan terkait tenaga kerja. Dalam pertemuan itu, pihak manajemen menyampaikan pabrik tutup per 1 September 2022," kata Juyanto.
Usia Pabrik Rokok Apache ini hanya 13 tahun. Pabrik Rokok Apache berdiri sejak 2009 di bawah naungan PT Karya Dibya Mahardhika. Pada 2017, PT Japan Tobacco International Indonesia (JTII) membelinya.
2. PHK 890 karyawan
Penutupan pabrik rokok ini berdampak pada pemutusan hubungan kerja terhadap 890 karyawannya. Dari total itu, sebanyak 181 karyawan berasal dari Kota Blitar. "Sesuai informasi dari manajemen semua karyawan di-PHK," kata Juyanto.
"Manejemen juga menyampaikan semua hak-hak karyawan yang terdampak diberikan sesuai aturan yang ada. Kami sampaikan ke manajemen pemberian hak kepada karyawan yang terdampak maksimal sampai 10 September 2022," imbuhnya.
Juyanto juga menyampaikan prihatin terkait penutupan Pabrik Rokok Apache di Kota Blitar. Di sisi lain, Pemkot Blitar juga akan melakukan pelatihan untuk para karyawan pabrik rokok yang terdampak PHK.
"Di Perubahan APBD 2022 ini, akan kami alokasikan anggaran pelatihan untuk pekerja yang terdampak PHK. Harapannya, para karyawan yang terdampak PHK bisa segera membuka peluang usaha," katanya.
Baca juga : Pabrik Rokok Apache di Blitar Gulung Tikar, 800 Karyawan Dirumahkan
3. Target produksi merosot
Juyanto mengatakan, berdasarkan keterangan menajemen, alasan perusahaan menutup pabrik di Kota Blitar itu karena target produksi terus turun beberapa tahun belakangan ini. "Sebenarnya, mulai 2019, perusahaan sudah goyang, tapi tetap bertahan sampai September 2022," katanya.
Juyanto menyatakan manajemen Pabrik Rokok Apache cukup bagus. Menurutnya, hal itu terlihat etika terjadi pandemi Covid-19, penanganan protokol kesehatan di perusahaan sangat bagus.
"Kami beberapa kali melakukan kegiatan di sana saat pandemi, penerapan prokesnya sangat bagus," katanya.
4. Bisnis tembakau anjlok
Perwakilan Japan Tobacco International (JTI) mengatakan, memang sangat disayangkan perusahaan menutup produksi pabrik rokok di Kota Blitar. Tapi, kondisi perusahaan memang sedang melakukan optimalisasi sehingga salah satu dampaknya menutup produksi sigaret kretek tangan (SKT) di Kota Blitar.
"Memang keadaan sekarang kurang menentu, bisnis tembakau juga turun. Perusahaan kami melakukan optimalisasi dan salah satu keputusannya itu (penutupan pabrik di Kota Blitar)," katanya dihubungi melalui ponsel, Selasa (30/8/2022).
Menurutnya, para karyawan terdampak diberikan kompensasi sangat baik, sesuai peraturan pemerintah bahkan melebihi peraturan pemerintah. Selain itu, para karyawan terdampak juga diberikan bekal pelatihan vokasi bentuknya pelatihan tata boga, tata busana, dan servis handphone.
"Karyawan terdampak bisa memilih ikut pelatihan vokasi. Pelatihan vokasi itu sebagai bekal ke depan untuk karyawan terdampak," ujarnya.
Ia menyatakan, sesuai keputusan perusahaan, semua karyawan Pabrik Rokok Apache di Kota Blitar terkena pemutusan hubungan kerja. "Jumlah karyawan di Blitar sekitar 890 orang. Karena pabrik tutup, semua karyawan dilakukan pemutusan hubungan kerja," katanya.
Sejarah pabrik rokok Apache
Melansir dari Wikipedia, Apache adalah merek rokok yang diperkenalkan oleh PT Karya Dibya Mahardhika yang diluncurkan pada tahun 2009. Produk yang diluncurkan pertama kali yakni Apache Filter.
Perusahaan mengeluarkan produk baru dari rokok Apache, yakni Apache Kretek diluncurkan pada tahun 2011 dan Apache Exclusive diluncurkan pada tahun 2014. Dilanjutkan dengan Apache Blackgold.
Pada tahun 2015, Apache Exotic dan Apache Exotic Menthol diluncurkan untuk menggaet anak muda dan dewasa. Pada tahun 2017, perusahaan PT Karya Dibya Mahardhika dibeli oleh perusahaan rokok Jepang yakni Japan Tobacco International Indonesia.
Produk langsung dipasarkan oleh PT Surya Mustika Nusantara, anak perusahaannya. Pada tahun 2018 dan 2019 Apache menghadirkan varian baru, yakni Apache Red Filter dan Apache Bold. Di tahun 2021, kembali menghadirkan produk baru, yakni Apache Kretek Merah.
(ADI)