Peraih Emas Sea Games di Filipina Lulus Sarjana Kedokteran, Ini Rahasianya

Nur Alimah Priambodo bersama kedua orang tua saat mendampingi kelulusan sebagai sarjana kedokteran (Foto / Clicks.id) Nur Alimah Priambodo bersama kedua orang tua saat mendampingi kelulusan sebagai sarjana kedokteran (Foto / Clicks.id)

SURABAYA: Sukses di dua bidang sekaligus memang tak gampang. Namun, Nur Alimah Priambodo membuktikannya. Selain sukses meraih medali emas di cabang sky air dalam Sea Games di Filipina tahun 2019, dia juga mampu menyelesaikan perkuliahannya dan lulus sebagai sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Unusa, Surabaya.

“Bisa dibilang istimewa, bisa sukses dalam karir sebagai atlet sekaligus berhasil meraih gelar sarjana kedokteran,” ujar Rahardjo Priambodo, sang ayah saat mendampingi Nur Alimah.

Rahardjo mengatakan Nur Alimah sejak dilatih hidup disiplin dan mandiri sejak kecil. Bahkan sejak dalam kandungan. "Saat masih dalam kandungan, kondisi Alimah penuh dengan keperihatinan. Kami mencari nafkah hingga merantau ke Palembang hingga Padang,” terangnya.

Menurut Rahardjo, bakat atlet sky air sudah diwarisi Alimah dari ibunya yang juga seorang atlet. Kemampuan tersebut terus diasah hingga Alimah memperoleh medali emas di cabang sky air dalam Sea Games di Filipina tahun 2019. Namun meski sudah sukses di bidang olaharga, namun Alimah sadar tentang pentingnya pendidikan. Dia pun masuk ke Fakultas Kedokteran Unusa.

Baca Juga : Cerita Wisudawan Kembar Unusa, Pernah Kena Marah Dosen Karena Salah Panggil

“Waktu itu saya kepingin mengikuti jejak kakak yang sudah menjadi dokter gigi. Kalo kakak bisa sebagai atelit sekaligus menyelesaikan studi menjadi dokter gigi, saya pun harus bisa. Jadi yang memotivasi saya adalah kakak yang sudah lulus dokter gigi,” katanya.

Bagi Alimah menjalani dua kegiatan sekaligus tentu tak mudah. Namun ia merasa bersyukur lantaran pelatnas dan Unusa mmeberikannya dispensasi. “Meski demikian, saya harus tetap berjuang. Harus berkorban tenaga dan waktu juga biaya, karena bolak-balik, Kampus-Pelatnas, Surabaya-Jakarta, karena keduanya sama pentingnya,” katanya.

Gadis kelahiran Sidoarjo ini menambahkan, selain dispensasi ia juga mendapatkan sahabat yang baik. Banyak teman yang mau berbagi catatan kuliah serta dosen memberi kelonggaran untuk bisa mengikuti kuliah tambahan.

“Di pelatnas pun demikian, saya mendapat dispensasi dari pelatih dan mendapat support dari rekan-rekan sesama atelit,” terangnya.

Alimah mengatakan antara kuliah sebagai mahasiswa dan atelit sky air, tak ada bedanya. Semuanya bisa berjalan beriringan, karena sama-sama menuntut disiplin yang tinggi. Latihan sebagai atelit selain dibutuhkan kedisplinan juga kekuatan fisik dan keberanian, demikian juga menjadi mahasiswa kedokteran, disiplin dan konsentrasi penuh menjadi syarat utama.

“Mungkin pada semester-semester awal kami hanya belajar dari teks book, tapi kini saya harus berhadapan dengan pasien langsung. Tentu lebih sulit karena tiap orang punya karakter berbeda. Kalau atlet menghadapi peralatan yang sama, tapi selalu berubah sesuai dengan teknologi berkembang,” tandasnya.

Tentang ketertarikannya pada olahraga sky air, sarjana kedokteran yang ingin memperdalam spesialis anak ini mengatakan, awalnya karena sering diajak saat ibu dan ayahnya berlatih, lama ke lamaan tertarik.

“Jadilah kami sebagai keluarga besar atelit sky air di Jawa Timur, dari mulai kakek, orang tua hingga saya juga kakak-kakak,” katanya.


(ADI)

Berita Terkait