Unusa Buka Lab Virtual Reallity dan Lab Microteaching

Salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran sedang menggunakan fasiltas VR untuk praktikum proses persalinan (Foto / Clicks.id) Salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran sedang menggunakan fasiltas VR untuk praktikum proses persalinan (Foto / Clicks.id)

SURABAYA : Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) meluncurkan dan meresmikan dua laboratorium berteknologi tinggi, yakni Laboratorium Virtual Reality dan Laboratorium Microteaching.

Laboratorium Virtual Reallity merupakan laboratorium yang memungkinkan mahasiswa belajar dan melakukan praktikum secara virtual tetapi dengan pengalaman yang dibuat senyata mungkin, dengan bantuan kacatama VR.

"Hal ini memungkinkan mahasiswa tetap bisa mengejar ketertinggalan belajar yang dialami karena kuliah daring selama pandemi," Ketua Yarsis dan Menteri Pendidikan Periode 2009-2014, Prof Nuh, Jumat 5 Februari 2021.

Nuh menjelaskan, selain bisa dimanfaatkan secara bersama-sama, Lab yang diklaim pertaa di Jatim bahkan Indonesia ini sekaligus bisa disetup sebagai production house (PH) untuk menyiapkan materi pembelajaran daring.

Nuh menjelaskan, keunggulan lab microteaching di lingkungan lembaga pendidikan adalah karena memiliki interactive board sebagai pengganti white board. Interactive board adalah sebuah perangkan layaknya TV berukuran 50 sampai 80 inch dengan kemampuan touch screen.

Dinamakan interactive board karena pengguna bisa langsung berinteraksi dengan apa yang ditampilkan di papan tersebut seperti, presentasi, video, dan lain lain. Selain itu agar mempermudah tenaga pengajar dalam menjelaskan suatu materi dilengkapi pula dengan teknologi bernama lightboard.

“Cara kerja teknologi ini cukup sederhana, mirip dengan papan tulis pada umumnya, namun alih-alih menggunakan papan, light board menggunakan kaca, sehingga tembus pandang,´katanya.

Sementara itu, Rektor Unusa, Prof Achmad Jazidie, mengatakan, pihaknya sangat berterima kasih atas upaya pihak yayasan yang ikut memikirkan terhadap kebutuhan mendesak di tengah keterbatasan proses pembelajaran daring terkait dengan pelaksanaan praktikum.

“Kini praktikum tidak lagi menjadi kendala. Sementara di lab microteaching, mahasiswa bisa melakukan praktik mengajar yang sesungguhnya, sedang dosen bisa mensetup lab-nya untuk PH menyiapkan materi perkuliahan untuk daring dengan lebih baik,” katanya.

Jazidie mengatakan memilih teknologi VR karena bebarapa alasan, yakni melalui pemanfaatan VR, mahasiswa sekaligus dituntut untuk melek terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi. Sehingga mahasiswa memiliki digital literacy yang memadai.

“Kini di Lab VR sedikitnya sudah memiliki tujuh paket modul praktikum untuk mahasiswa kedokteran, keperawatan serta mahasiswa kebidanan. Ke depan paket modul praktikum ini akan terus ditambah, dan karena didesain sendiri oleh Unusa, maka modul-mudul ini sekaligus akan dipatenkan,” katanya.

 


(ADI)

Berita Terkait