JAKARTA : Banyak orang tua mendambakan hadirnya seorang anak dari hasil pernikahan. Lantaran orang tuanya mengalami infertilitas, mereka sulit mendapatkan keturunan sehingga harus menggunakan program bayi tabung dengan biayanya cukup mahal.
Seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Fitri Damayanti melakukan penelitian mengenai biaya yang harus dikeluarkan pasangan infertilitas untuk mengikuti program bayi tabung di berbagai klinik dan rumah sakit di Indonesia.
Survey ini dilakukan kepada 17 wanita yang menjalani program bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) di seluruh Indonesia. Selain itu juga ada 214 partisipan infertilitas yang mengisi kuesioner FertiQoL online.
“Penelitian ini untuk mengetahui gambaran tentang alokasi anggaran atau biaya yang dibutuhkan untuk terhindar dari satu kasus infertilitas dari perspektif sosial dengan mengestimasi biaya langsung medis, biaya langsung non medis, biaya tidak langsung, dan biaya nirwujud,” katanya.
BACA JUGA : Baru, Vaksin Covid-19 Berbentuk Pil, Lebih Ampuh?
Besaran biaya yang dikeluarkan untuk satu siklus program bayi tabung cukup bervariasi. Untuk kelompok umur kurang dari 35 tahun mengeluarkan biaya rata-rata Rp99 juta. Sedangkan kelompok usia 35-39 tahun sebesar Rp112 juta dan usia diatas 40 tahun sebesar Rp109 juta.
Kelompok infertilitas ini dibagi lagi dalam kelompok gangguan kesuburan wanita yang rata-rata harus mengeluarkan biaya Rp94 juta dan gangguan kesuburan pria sebesar Rp110 juta. Sedangkan gangguan kesuburan pria dan wanita mengeluarkan biaya sebesar Rp114 juta.
“Ada dua metode yang dipakai, siklus semi natural sebesar Rp53 juta dan injeksi hormon Rp110 juta,” katanya.
Pasangan infertilitas ini memilih fasilitas kesehatan rumah sakit negeri dengan biaya rata-rata Rp102 juta dan rumah sakit swasta sebesar Rp43 juta. Jika ditotal berdasarkan hasil skor FertiQoL pada kelompok wanita IVF menggunakan mengeluarkan biaya sebesar Rp123 juta.
“Menariknya ada 32,2 persen orang dengan infertilitas mengalami gangguan kejiwaan yaitu depresi 16,36 persen dan ansietas 16,36 persen,” katanya.
Fitri mengatakan infertilitas merupakan masalah kesehatan reproduksi yang membawa implikasi psikososial yang negatif (double burden of disease). Karena pembiayaan yang tinggi dan menyebabkan pengeluaran katastropik dan beban psikologis bagi pasangan yang mengalami gangguan kesehatan reproduksi.
(ADI)