Sedot Air Pakai Elpiji, Petani Desa Blimbing Merugi

Petani Desa Blimbing  menggunakan pompa air berbahan bakar elpiji. (metrotv) Petani Desa Blimbing menggunakan pompa air berbahan bakar elpiji. (metrotv)

KEDIRI: Memasuki musim tanam ketiga,  lahan pertanian seluas 150 hektar di Desa Blimbing, Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri mengalami kekeringan.  

Kekeringan terjadi lantaran debit air irigasi dari sumber di Gunung Wilis menyusut. Akibatnya, petani terpaksa harus mengeluarkan biaya tambahan karena memakai mesin pompa air berbahan bakar elpiji.

Sekali mengairi seperempat lahan,  para petani membutuhkan biaya Rp 30 ribu membeli gas elpiji.  Sementara jika menggunakan bahan bakar partalite biayalebih besar lagi sekitar  Rp 80 ribu.

Sugeng Ariyadi , Ketua Kelompok Tani Makmur mengatakan petani mulai kesulitan air sejak Agustus lalu. Kondisi ini terjadi setiap tahun saat musim kemarau tiba.  

Akibat membengkaknya biaya produksi, petani mengalami kerugian. Sebab, hasil produksi selama empat bulan hanya Rp 1 juta  belum dikurangi ongkos panen.

“Hasil produksi jagung petani juga menurun dari 18 ton menjadi 16 ton setiap seperempat hektar lahan. Belum lagi masalah kesulitan mencari elpiji yang sekarang mulai langka, “ keluhnya.

 


(TOM)

Berita Terkait