Garuda Terpuruk, Pemecatan Karyawan Jadi Pilihan

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sejumlah karyawannya. (Foto / Istimewa) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sejumlah karyawannya. (Foto / Istimewa)

JAKARTA : PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sejumlah karyawannya. Keputusan tersebut dalam upaya efisiensi struktur keuangan dan menekan utang perusahaan yang mencapai 9,8 miliar dolar AS atau setara Rp139 triliun.

Rencana tersebut dikonfirmasi Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo saat rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI. Menurutnya, PHK akan dilakukan melalui program pensiun dini hingga program lain yang nantinya ditawarkan manajemen.

"Rencana Garuda melakukan pengurangan jumlah karyawan, baik melalui program pensiun dini maupun program-program lainnya," ujar Kartika, dikutip Jumat 12 November 2021.

Tiko, sapaan akrabnya menambahkan, langkah pengurangan jumlah karyawan sejalan dengan pemangkasan sejumlah rute penerbangan domestik dan internasional emiten dengan kode saham GIAA tersebut. Untuk rute penerbangan domestik akan berkurang dari 237 rute menjadi 140 rute saja.

Baca Juga : Zakat dan Wakaf Solusi Jeratan Pinjol

Artinya, ada 97 rute yang nantinya ditutup. Hal itu dibarengi dengan pengembalian sejumlah armada pesawat Garuda Indonesia kepada lessor atau perusahaan penyewa pesawat.

Selain itu, pemegang saham akan memberhentikan rute-rute internasional Garuda Indonesia secara signifikan dan menyisakan volume kargo yang dinilai masih memadai. Sebagai gantinya, pemegang saham mengalihkan (refocusing) rute internasional ke domestik yang dinilai menguntungkan secara bisnis.

"International kita kurangi secara signifikan, dan internasional hanya beberapa yang di servis itupun sebagian besar karena adanya volume kargo yang baik, jadi kita tidak akan punya rute-rute long hold seperti Amsterdam, London, dan sebagainya di shutdown, rute yang sepi seperti Korea pun di shutdown. Jadi kita menyisakan volume kargo yang yang memadai," ucapnya.

Dari laporan Kementerian BUMN disebutkan bahwa jumlah pesawat yang dioperasikan saat ini berada di kisaran 50 sampai 60 saja. Padahal kepemilikan armada saat ini mencapai 125 pesawat, terdiri atas 119 pesawat sewa dan 6 pesawat milik sendiri. Akibat berkurangnya jumlah pesawat menyebabkan terjadinya kelangkaan rute penerbangan pesawat Garuda di sejumlah daerah.

"Ini jadi tantangan karena mungkin nanti airport yang akan mengalami kelangkaan jumlah flight karena memang rutenya dikurangi dan fokus kepada rute-rute yang menghasilkan positif margin," katanya.


(ADI)

Berita Terkait