Kisah Pertemuan Penjual Roti dengan Imam Hambali, Ada Kekuatan Istighfar!

Ilustrasi Ilustrasi

CLICKS.ID: Istighfar atau astaghfirullah biasanya digunakan oleh umat Islam untuk memohon ampunan kepada Allah, sesuai dengan artinya “saya memohon ampunan kepada Allah”.

Kalimat ini juga dijadikan sebagai salah satu zikir kepada Allah. Tidak hanya itu saja, mengucap istighfar memiliki banyak manfaat. Seperti yang diceritakan dalam kisah Imam Ahmad bin Hambali, murid dari Imam Syafi`i yang dikenal juga sebagai Imam Hambali.

Dalam kitab Shifatus Shafwah karangan Ibnu Al-Jauzi menjelaskan bahwa Imam Ahmad bin Hambali di akhir hidupnya bercerita, bahwa:

“Satu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tahu kenapa ingin sekali menuju satu kota di Irak. Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada hajat.”

Akhirnya Imam Hambali pergi sendiri menuju kota Bashroh. Dalam ceritanya, imam Hambali mengatakan “Pas tiba di sana waktu Isya’, dan ikut salat berjemaah Isya’ di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian memutuskan untuk beristirahat di sana.”

Setelah jemaah bubar, Imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba marbot masjid datang sambil bertanya, “Kenapa Syaikh, Anda mau apa di sini?”

BACA:  Mahasiswa Untag Surabaya Ciptakan Aplikasi 3D Benda Bersejarah Islam Majapahit

Tanpa memperkenalkan dirinya, Imam Ahmad menjawab pertanyaan marbot masjid tersebut, “Saya ingin istirahat, saya musafir.” Kata marbot, “Tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid.”

Lalu, Imam Ahmad bercerita bahwa dirinya didorong-dorong oleh marbot masjid dan disuruh keluar dari masjid. Setelah itu pintu masjid dikunci, dan Imam Ahmad memilih untuk beristirahat dan tidur di teras masjid.

Ketika sudah berbaring di teras masjid, marbotnya datang lagi, dan marah-marah kepada Imam Ahmad. “Mau apa lagi, Syaikh?” kata marbot. “Mau tidur, saya musafir,” jawab Imam Ahmad.

Lalu, marbot berkata dan kembali melarang Imam Ahmad untuk tidur meskipun di teras masjid. Dan Imam Ahmad kembali didorong-dorong sampai ke jalan.

Di samping masjid ada rumah penjual roti yang tidak besar. Si penjual roti sedang membuat adonan roti, dan melihat kejadian Imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot masjid sampai ke jalan.

Penjual roti itu kemudian memanggil dari jauh, “Mari syaikh, Anda boleh menginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil.” Imam Hambali lalu menjawab, “baik”.

Setelah sampai di rumahnya, Imam Ahmad duduk di belakang penjual roti yang sedang membuat roti dengan tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir. Penjual roti pun tidak banyak bicara, kecuali kalau Imam Ahmad mengajak berbicara. Jika tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar.

Imam Ahmad memperhatikan terus. Lalu Imam Hambali bertanya, “Sudah berapa lama kamu lakukan ini?” Penjual roti menjawab, “Sudah lama sekali syaikh. Saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan.”

Imam Hambali bertanya, “Apa hasil dari perbuatanmu ini?” Lalu penjual roti menjawab lagi, “Tidak ada hajat yang saya minta, kecuali pasti dikabulkan Allah. Semua yang saya minta ya Allah, langsung diterima.

Lalu orang itu melanjutkan, “Semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah berikan. Dengan rasa penasaran Imam Hambli bertanya “Apa itu?” Kata orang itu, “Saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad (Hambali).”

Seketika itu juga Imam Hambali bertakbir, “Allahuakbar, Allah telah mendatangkan saya jauh dari Baghdad pergi ke Bashroh dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan karena istighfarmu.”

Si penjual roti sontak terperanjat, memuji Allah, ternyata yang di depannya adalah Imam Ahmad. Yaitu sosok yang diidam-idamkannya cukup lama. Akhirnya, dipertemukan juga oleh Allah Swt.

Dari kisah ini dapat kita ambil pelajaran bahwa kalimat istighfar memiliki banyak manfaat jika kita lafalkan dengan penuh pengharapan dan ikhlas. Maka semuanya akan terjadi sesuai kehendak Allah Swt.

 


(TOM)

Berita Terkait