Sepi Peminat, Ubah Kebun Apel Menjadi Lokasi Wisata Petik Buah

Pengunjung wisata petik buah saat memetik buah apel segar di tengah pandemi wisata (Foto / Metro tv) Pengunjung wisata petik buah saat memetik buah apel segar di tengah pandemi wisata (Foto / Metro tv)

PASURUAN : Di tengah pandemi, penjualan buah apel mengalami penurunan. Untuk menutupi kerugian, pemilik kebun di Pasuruan membuat alternatif dengan mengubahnya menjadi lokasi wisata petik buah. Dengan wisata ini, pemilik kebun tak lagi repot menjual buah-buah yang sudah siap panen itu.

Seperti kebun milik Jalamudin, salah satu petani buah apel dan buah jeruk asal Desa Blarang, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Di kebun seluas dua hektar ini, para pengunjung dapat memetik dan makan buah langsung dari pohonnya. Pengunjung juga bisa melakukan swafoto di lokasi yang sejuk dan indah dengan latar belakang buah-buahan.

Di kebun ini, terdapat ratusan pohon apel jenis rome beauty dan jeruk batu 55. Bagi pengunjung yang datang ke lokasi wisata, pemilik wisata akan memberi harga khusus. Untuk buah apel rome beauty dengan harga Rp 30 ribu per kilogram, serta buah jeruk batu 55 dengan harga Rp 15 ribu per kilogram. 

Salah satu pengunjung wisata petik buah apel dan jeruk, Ninis Firnanda mengaku senang dapat memilih dan memetik buah apel rome beauty langsung dari buahnya.

"Selain bisa mencicipi buah segar, sekalian wisata bersama keluarga," kata Ninis.

Sementara itu, Jamaludin mengatakan bahwa keuntungan yang didapatnya dari mengubah kebun buah apel dan jeruk menjadi lokasi wisata petik buah tersebut cukup besar karena dirinya tidak mengeluarkan biaya untuk panen dan biaya untuk pengiriman ke pasar.

"Lebih untung. Selain tak perlu biaya transportasi saya juga tak bingung cari pasar. Sebab pelanggan datang sendiri ke kebun," terangnya.  

Jamaludin menambahkan ada sekitar 100 pohon apel di kebunnya. Dalam setiap panen, ratusan pohon apel dapat penen sebanyak tiga hingga empat ton buah apel. Sementara untuk pohon jeruk dapat panen hingga dua ton buah jeruk. Jika dijual di pasar dan kepada tengkulak keuntungannya hanya Rp 2 juta.

"Sedangkan saat diubah menjadi lokasi wisata petik buah, petani buah dapat meraup untung hingg Rp 3 juta," katanya.


(ADI)

Berita Terkait