Siti Nur Hasanah, Wanita Modis Perawat Jenazah Korban Erupsi Gunung Semeru

Siti Nur Hasanah mendorong jenazah korban erupsi Gunung Semeru. (metrotv) Siti Nur Hasanah mendorong jenazah korban erupsi Gunung Semeru. (metrotv)

LUMAJANG: Sirine ambulans pembawa kantong jenazah korban erupsi Gunung Semeru meraung-raung berhenti tepat di depan  kamar mayat RSUD Dr Haryoto Lumajang, Sabtu 11 Desember 2021.  

Sosok perempuan muda terlihat cekatan mendorong ranjang jenazah. Dibalut hijab dan sepatu kets warna merah, ia sudah bersiaga sebelum kantong jenazah dikeluarkan dari dalam ambulans.

Sejak erupsi Gunung Semeru, perempuan modis penjaga kamar mayat bernama Siti Nur Hasanah ini lebih sibuk dibandingkan hari biasanya. Tercatat, delapan hari pasca erupsi sudah 40 kantong jenazah dipulasarkan.

Sejak hari pertama, wanita asal Desa Nogosari, Kecamatan Rowokangkung, Lumajang ini bersama lima rekannya penjaga kamar mayat RSUD Dr Haryoto Lumajang yang merawat puluhan jenazah korban erupsi Semeru mulai datang hingga pemulangan.

Di balik penampilannya yang modis, tak terselip rasa jijik atau takut sedikit pun. Padahal jenazah yang ia rawat, kondisi tidak seperti jasad biasa. Selain memprihatinkan,  juga sudah mengeluarkan bau tidak sedap.

BACA: 2 Jenazah Ditemukan di Area Tambang, Korban Meninggal Erupsi Semeru 46 Orang

"Nggak lah, sama kok. Saya berusaha bekerja sebaik mungkin. Membersihkan jenazah-jenazah korban, tidak mikir aneh-aneh, " ucap Siti Nur Hasanah yang baru bekerja enam bulan sebagai petugas jaga kamar mayat ini.   

Selama erupsi gunung semeru, Siti Nur Hasanah rela bekerja selama 24 jam on call. Padahal sebelumnya, jam kerja ibu muda dengan dua anak ini hanya 8 jam sekali shift. Meski gaji tak seberapa, namun Siti Nur Hasanah tak mengeluh.

"Sejak erupsi, kami bekerja 24 jam. Harus siap ketika ada jenazah tiba, kapan pun. Dalam kondisi musibah seperti ini, kemanusiaan lebih penting daripada materi. Saya nggak mikir honor, " ucapnya.

Kerja tanpa pamrih Siti Nur Hasanah, membuat Kepala Kamar Jenazah RSUD Dr Haryoto, Ahmad Musthofa bangga. Kamar jenazah sendiri mempunyai enam orang petugas. Terdiri dari dua perempuan dan empat laki-laki.

"Mungkin mereka capek, tapi tidak pernah mengeluh. Kondisinya seperti ini, ada niat ibadah juga, " ucapnya.

Selain petugas dan para relawan evakuasi korban di lapangan, para penjaga kamar mayat ini patut juga juga pejuang-pejuang kemanusiaan.

 


(TOM)

Berita Terkait