PASURUAN : Kebakaran di Gunung Arjuno-Welirang atau kawasan Tahura R Suryo menghanguskan 38 hektare (ha) lahan hutan. Sebab, kebakaran tersebut terjadi selama 1 hari lebih hingga meluas. Titik api semula terlihat pada Kamis 25 Mei 2023 pukul 01.00 WIB pada ketinggian 2.500 -2.942 Mdpl dan berhasil dipadamkan pada Jumat 26 Mei 2023 sekitar pukul 14.30 WIB.
"Namun, api kembali muncul dan meluas. Titik api terpantau berkembang menjadi 9 titik api atau hotspot," kata Kasi Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahura R Soerjo Ajat Sudrajat, Minggu 29 Mei 2023.
Ajat mengatakan, dari hasil pengawasan, api menjalar ke utara sudah mencapai arah Blok Pulosari Desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Kemudian api bergerak ke arah selatan, bergerak ke arah pondokan, dan yang ke arah timur bergerak ke arah Putuk Limas Pasuruan.
Karena itu pihaknya mengerahkan 72 personel gabungan untuk melakukan pemadaman. Mereka terdiri atas petugas Tahura Raden Soerjo, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, Mojokerto, Pasuruan, para relawan, kelompok Hippam, dan warga sekitar. Pada Jumat 26 Mei 2023 sebanyak 32 orang yang terbagi empat regu melakukan pemadaman api di Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.
baca juga : 2 Calhaj asal Jatim Meninggal Dunia di Madinah, Ini Identitasnya
"Selanjutnta pada 27 mei 2023 diberangkatkan tenaga tambahan sebanyak 14 orang dari air terjun Dlundung, empat orang dari jalur pendakian Loka Wiyata Surya dan 12 orang pos pendakian Tretes serta 10 orang dari pos Kaliandra," katanya.
Ajat menerangkan, dari hasil asesmen di lapangan dan aplikasi, sebanyak 38,71 ha lahan di wilayah Gunung Welirang yang terbakar. Ajat memastikan api telah padam, tetapi petugas gabungan berjumlah 8 orang masih bersiaga di Blok Pelawaran Desa Claket Kecamatan Pacet Mojokerto serta melakukan pemantauan titik api.
"Kalau untuk kesulitan pemadaman karena lokasi titik api sangat jauh, sekitar 10 jam berjalan kaki dari desa terdekat, medan menuju lokasi terjal dan berbukit bukit serta jurang," ujarnya.
Selain itu jarak pandang juga terbatas akibat kabut. Apalagi peralatan dan tenaga pemadaman juga minim. Karenanya, proses pemadaman pun dilakukan dengan menggunakan cara manual dengan memukul-mukul titik api dengan batang atau ranting pohon.
"Penyebab kebakaran masih akan kami analisis. Selanjutnya kami melakukan kegiatan pemulihan ekosistem di area bekas kebakaran," pungkasnya.
(ADI)