Longsor terjadi di tengah hutan lereng Gunung Wilis, di Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Nganjuk. Tak hanya lahan warga, material longsor juga memutus aliran sumber mata air milik warga setempat.
Meski demikian, tidak terdapat korban jiwa dalam peristiwa ini. Sebab tidak ada warga yang beraktivitas di sekitar lokasi longsor.
Perangkat Desa setempat, Suparno menjelaskan, dari hasil pengukuran diketahui lebar material longsor kurang lebih 100 meter dengan tinggi mencapai 50 meter.
"Meski lokasi longsor jauh dari pemukiman warga, kami menghimbau kepada warga sekitar untuk tidak melakukan aktivitas pertanian di sekitar area ini," kata Suparno.
Sementara itu, anggota Pusdalops BPBD Nganjuk, Ahmad Afandi menjelaskan atas kejadian ini pihaknya telah melakukan asesmen di lokasi longsor. Berdasarkan data dari BPBD, bencana tanah longsor tersebut sudah pernah terjadi tiga kali di lokasi yang sama.
"Longsor pertama terjadi di tahun 2004, longsor kedua terjadi di tahun 2014, dan kali ini longsor kembali terjadi di awal tahun 2021,"terangnya.
Karena lokasi longsor merupakan wilayah pertanian milik warga setempat, BPBD Nganjuk akan memasang rambu peringatan bahaya di sekitar lokasi titik longsor.
(ADI)